BANDUNG (bisnis-jabar): Data Pusat Sumber Daya Geologi menyebutkan cadangan mineral logam tanah jarang (LTJ) di Indonesia mencapai 200.000 ton. Sayangnya, sejauh ini, logam jarang belum termanfaatkan secara maksimal. Padahal, komoditas itu punya nilai tinggi.
Menurut Sri Bimo Pratomo, Koordinator Penelitian dan Pengembangan Tentang Permanen Magnet Logam Tanah Jarang Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) dan Korea Institute of Materials Science (KIMS) potensi LTJ di Indonesia sendiri melimpah karena ditopang kekayaan sumber daya alam yang luar biasa.
“Selain timah, kandungan logam jarang pun terdapat pada emas. Sedangkan di Indonesia, termasuk Jabar, terdapat banyak tambang emas,”katanya.
Tingginya fungsi dan nilai ekonomi logam jarang, ungkap Bimo, terlihat pada sikap pemerintah China yang mengurangi ekspor komoditi tersebut sebesar 54%. “Sebelum adanya pengurangan itu, Cina mengekspor logam jarang ke berbagai negara sebanyak 65.000 ton per tahun,” katanya.
Menurut Bimo, usai pengurangan nilai ekspor oleh Cina harga internasional LTJ melesat hingga 500%. “Soal harganya, saya belum tahu. Tapi, informasinya menyatakan, harga logam jarang sangat menjanjikan,” katanya.
Pemerintah sendiri baru menargetkan untuk memproduksi LTJ pada tahun 2015. Kajian BBLM bekerjasama dengan KIMS menurut Bimo adalah bagian dari tahapan rencana pemerintah. Pihaknya saat ini fokus melakukan penelitian pada pemanfaatan logam tanah jarang untuk menjadi permanen magnet yang dibutuhkan untuk industri elektronika.
“Untuk pengembangan sektor ini, kami mengirim peneliti ke Korea Selatan untuk mempelajari dan belajar pengelolaan dan produksi logam tanah jarang,” katanya. (ajz)
sumber: http://bisnis-jabar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar