TUGAS MIKRO
EKONOMI
“Tingkah laku Konsumen Indonesia”
Di Susun Oleh :
1.
Erma Suzanti ( 2012310162)
2.
Fawzy Maulana ( 2012320136)
3.
Doni Nugroho ( 2012320139)
4.
Eka Indriyani ( 2012320160)
FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jln. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Jakarta 15419
Telp : (021) 74718530, 7425304 Fax : (021) 74718530
http://fe.umj.ac.id e-mail : fe_umj@ymail.com
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena
bimbingan dan penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas yang diberikan Dosen pengajar pada Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis
banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan yang sangat berharga dan
bermanfaat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati kami menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu
menyusun makalah ini, yaitu diantaranya :
1.
Hasanah,
SE. MM selaku Dosen Mata Kuliah Mikro Ekonomi
2.
Orang
Tua dan
Keluarga yang telah memberi dukungan
baik materil/non materil
3.
Rekan-rekan
yang
telah memberikan dukungan dan aspirasi demi terciptanya Makalah ini.
Makalah ini
masih belum sempurna disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan baik
teori maupun praktek. Dengan demikian kelompok ini mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan penulisan makalah
ini.
Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan kelompok
ini guna tercapainya sebuah makalah yang baik. Kiranya Yang Maha Esa tetap
menyertai kita sekalian, dengan harapan pula agar karya ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Jakarta, 15 Februari 2013
( Penulis )
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………...……………………………………...…….…….
ii
DAFTAR
ISI ……………………………………………………….…………….……… iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……………………..………………….…………………….
1
1.2
Rumusan Masalah ….…………………..…………………………….……...
2
1.3
Tujuan Penulisan …………………………..………………………………...
2
BAB 2 ISI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Konsumen, Konsumsi, dan Perilaku
Konsumen …….. 3
2.2
Pembahasan Masalah
2.2.1 Perilaku Konsumen dalam Ilmu
Ekonomi Mikro ………...……...…… 4
2.2.2 Etika dan Perilaku Terhadap
Konsumen ………..…………………… 5
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen …………….. 10
2.4
Metode Penelitian Perilaku Konsumen ……..………………………………
12
2.5
Teori Perilaku Konsumen …………………………………………………...
14
2.6
Permasalahan Terhadap Konsumen Di Indonesia ……………………..
19
2.7
Strategi Pembangunan Di Indonesia ..……………………………………
20
BAB
3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan ….……………………………………………………………… 21
3.2
Saran ……..…………………………………………………………………. 21
DAFTAR
PUSTAKA ….………………………………………………………………… 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam mengenal konsumen kita perlu
mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa
manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitias
yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu
sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktiviras-aktiviras
konsumen.
Model perilaku konsumen dapat pula
di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang di yakinkan
konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Adapun yang mempengaruhi
factor-faktor perilaku konsumen yaitu :
-
Kekuatan sosial budaya : terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok
anutan (small referebce grups), dan keluarga.
-
Sedangkan kekuatan pisikologis : terdiri
dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
Sedangkan tujuan dan fungsi modal
perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang
telah diketahui mengenai perilaku konsumen. Menganalisis perilaku konsumen akan
lebih mendalam dan berhasil apa bila kita dapat memahami aspek-aspek
pisikologis manusia secara keseluruhan. Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen berarti keberhasilan dalam
menyalami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian berarti pula
keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam
memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen dan diri
pribadinya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belang permasalahan yang ada, maka
dikemukakan perumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Apakah perilaku konsumen itu dlm Ilmu
Ekonomi Mikro ?
2.
Etika dan perilaku terhadap konsumen ?
3.
Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku konsumen ?
4.
Metode apa saja yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen ?
5.
Apa teori dari perilaku konsumen ?
6.
Beberapa Permasalahan terhadap konsumen
diindonesia ?
7.
Strategi Pembangunan terhadap ekonomi
yang mempengaruhi konsumen diindonesia ?
1.3
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah perilaku
konsumen itu dalam ilmu ekonomi Mikro.
2.
Untuk mengetahi faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi perilaku konsumen.
3.
Untuk mengetahui metode apa saja yang di
gunakan dalam penelitian perilaku konsumen.
4.
Untuk mengetahui teori dari perilaku
konsumen.
5.
Apa saja Permasalahan yang dihadapi oleh
konsumen Indonesia terhadap perekonomian mikro di Indonesia.
6.
Besaran pertumbuhan ekonomi yang
merupakan hitung-hitungan yang terjadi di permukaan, tidak melihat aspek
menyeluruh pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang di dapatkan oleh
masyarakat ( konsumen ) di indonesia.
BAB II
ISI
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 PENGERTIAN KONSUMEN, KONSUMSI,
DAN PERILAKU KONSUMEN
Dalam Ilmu Ekonomi Mikro yang
dimaksud dengan konsumen kegiatan konsumen adalah seseorang atau kelompok yang
melakukan serangkaian kegiatan konsumsi
barang atau jasa. Pengertian lain tentang konsumen adalah orang atau sesuatu
yang membutuhkan, menggunakan dan memanfaatkan barang atau jasa.
Konsumen biasa memiliki kebiasaan
dan tikah laku yang berbeda-beda. Di desa berbeda dengan kebiasaan yang ada di
kota, tergantug pada jumlah pendapatan mereka. Konsumen adalah seseorang yang
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Maka konsumsi seseorang itu tergantung
pada : pendapatan, pendidikan kebiasaan dan kebutuhan.
Adapun pengertian perilaku konsumen,
yaitu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan untuk
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki dan memoerbaiki sutu peroduk
dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagai mana individu
membuat keputusan untuk mengkonsumsi suatau barang. Berikut adalah beberapa
pengertian perilaku konsumen menurut para ahli, diantaranya :
1.
James F Engel
Perilaku
konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara langsung terlibat dalam
usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan
kepustusan yang mendahuli dan menentukan tindakan-tindakan tersebut (1988:8).
2.
David L Loundon
Perilaku
konsumen dapat di Definisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang atau jasa (1984:6).
3.
Gerald Zaltman
Perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang di lakukan
oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan, menggunakan suatu
produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari pengalaman dengan produk,
pelayanan dan dumber-sumber lainya. (1979:6).
Dari
beberapa Definisi tersebut di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan
dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapakan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi
yang dapat di pengaruhi lingkungan.
2.2 PEMBAHASAN MASALAH
2.2.1 PERILAKU KONSUMEN DAN ILMU
EKONOMI MIKRO
Ilmu ekonomi mikro (sering juga di tulis mikro ekonomi)
adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan
perusahaan dan harga-harga pasa dan kualitas faktor input, barang atau jasa
yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagi keputusan dan
perilaku tersebut mepengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa
yang menentukan harga dan bagai mana harga, pada giliran menentukan penawaran
dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kombinasi atau produk secara
optimal, bersama-sama individunya dipasar, akan membentuk suatu keseimbangan
dengan asumsi bahwa semua hal tetap sama (ceteris peribus).
Konsumen dan konsumsi memiliki pengertian yang merujuk pada
sutau pernyataan yang ada. Konsumen adalah seseorang atau sekelompok yang
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan konsumsi
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mengkosnsumsi barang dan jasa. Konsumsi
seseorang tergantung pada pendapatan, pendidikan kebiasaan dan kebutuhan. Perilaku
konsumen yaitu, perilaku yang kosumen tujukan dalam mencari, menukar,
menggunakan, menilai mengatur, barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
Definisi
perilaku konsumen dari para ahli yaitu :
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang
dapat dipengaruhi oleh lingkungan
Definisi lain adalah bagaimana konsumen mau
mengelurkan suberdayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk
mendafatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Variable-variabel
dalam mempelajari perilaku konsumen yaitu :
a.
Variabel Stimulus
Variabel stimulus
merupakan variabel yang berada di luar diri individu (vaktor eksternal) yang sangat berpengaruh
dlam proses pembelian. Contohnya merek dan jenis barang, iklan pramuniaga.
b. Variabel Respon
Variabel
Respon merupakan hasil aktipasi indifidu sebagai reaksi dari variabel stimulus.
Variablel Respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus
contohnya keputusan membeli barang, pembeli penilaian terhadap barang
c. Variabel Interverning
Variabel
Interverning adalah variabvel antara variabel stimulus dan respons variabel
intervening individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu
peristiwa, dan persepsi terhadap suatu
barang.
Peranan
varibael intervening adalah untuk memodifikasi respons.
2.2.2 ETIKA DAN PERILAKU TERHADAP
KONSUMEN
Banyak orang yang percaya bahwa
konsumen secara otomatis terlindungi dari kerugian dengan adanya pasar yang
bebas dan kompetitif dan bahwa pemerintah atau para pelaku bisnis tidak
mengambil langkah – langkah yang diperlukan untuk menghadapi masalah ini. Pasar
bebas mendukung alokasi , penggunaan, dan distribusi barang- barang yang dalam
artian tertentu, adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum
bagi orang- orang yang berpartisipasi dalam pasar. Lebih jauh lagi, di pasar
seperti ini, konsumen dikatakan ‘’ berdaulat penuh’’. Saat konsumen
menginginkan dan bersedia membayar untuk suatu produk, para penjual memperoleh
insentif untuk memenuhi keinginan mereka. Seperti yang dikatakan seorang
penulis ekonomi ternama, konsumen , dengan cita rasa mereka seperti yang
diekspresikan dalam pilihan atas produk, mengarahkan bagaimana sumberdaya
masyarakat disalurkan.
Dalam pendekatan pasar, terhadap
perlindungan konsumen , keamanan konsumen dilihat sebagai produk yang paling
efisien bila disediakan melalui mekanisme pasar bebas di mana penjual
memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen. (Velazquez,2005: 317) .
Dalam teori, konsumen yang menginginkan informasi bisa mencarinya di
organisasi-organisasi seperti consumers union, yang berbisnis memperoleh dan
menjual informasi. Dengan kata lain, mekanisme pasar perlu menciptakan pasar
informasi konsumen jika itu yang diinginkan konsumen.( Velazquez,2005: 319).
Adapun kewajiban konsumen untuk
melindungi kepentingannya ataupun produsen yang melindungi kepentingan konsumen,
sejumlah teori berbeda tentang tugas etis produsen telah dikembangkan , masing-
masing menekankan keseimbangan yang berbeda antara kewajiban konsumen pada diri
mereka sendiri dengan kewajiban produesn pada konsumen meliputi pandangan
kontrak, pandangan “ due care” dan pandangan biaya sosial.
A. Pandangan kontrak kewajiban produsen terhadap konsumen
Menurut pandangan kontrak tentang
tugas usaha bisnis terhadap konsumen, hubungan antara perusahaan dengan
konsumen pada dasarnya merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral
perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan dalam hubungan
kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat konsumen membeli sebuah
produk, konsumen secara sukarela menyetujui “ kontrak penjualan” dengan
perusahaan. Pihak perusahaan secara sukarela dan sadar setuju untuk memberikan
sebuah produk pada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan konsumen juga
dengan sukarela dan sadar setuju membayar sejumlah uang pada perusahaan untuk
produk tersebut. Karena telah sukarela menyetujui perjanjian tersebut, pihak
perusahaan berkewajiban memberikan produk sesuai dengan karakteristik yang
dimaksud. Teori kontrak tentang tugas perusahaan kepada konsumen didasarkan
pada pandangan bahwa kontrak adalah sebuah perjanjian bebas yang mewajibkan
pihak-pihak terkait untuk melaksanakan isi persetujuan. Teori ini memberikan
gambaran bahwa perusahaan memiliki empat kewajiban moral utama: kewajiban dasar
untuk mematuhi isi perjanjian penjualan, dan kewajiban untuk memahami sifat
produk , menghindari misrepesentasi, dan menghindari penggunaan paksaan atau
pengaruh . Dengan bertindak sesuai kewajiban-kewajiban
tersebut,perusahaan berartim menghormati hak konsumen untuk diperlakukan
sebagai individu yang bebas dan sederajat atau dengan kata lain,sesuai dengan
hak mereka untuk memperoleh perlakuan yang mereka setuju untuk dikenakan pada
mereka. (Velazquez,2005: 321-323). Meskipun demikian, teori kontraktual
mempunyai kelemahan diantaranya. Pertama, teori ini secara tidak realistis
mengasumsikan bahwa perusahaan melakukan perjanjian secara langsung dengan
konsumen. Kedua, teori ini difokuskan pada fakta bahwa sebuah kontrak sama
dengan bermata dua. Jika konsumen dengan sukarela setuju untuk membeli sebuah
produk dengan kualitas- kualitas tertentu , maka dia bisa setuju untuk membeli
sebuah produk tanpa kualitas-kualitas tersebut. Atau dengan kata lain,
kebebasan kontrak memungkinkan perusahaan dibebaskan dari kewajiban kontrak
dengan secara eksplisit menyangkal bahwa produk yang dijual bisa diandalkan,bisa
diperbaiki, aman dan sebagainya.
Jadi, teori kontrak ini
mengimplikasikan bahwa jika konsumen memiliki banyak kesempatan untuk memeriksa
produk, beserta pernyataan penolakan jaminan dan dengan sukarela menyetujuinya,
maka diasumsikan bertanggungjawab atas cacat atau kerusakan yang disebutkan
dalam pernyataan penolakan, serta semua karusakan yang mungkin terlewati saat
memeriksanya. Ketiga, asumsi penjual dan pembeli adalah sama dalam perjanjian
penjualan. Kedua belah pihak harus mengetahui apa yang mereka lakukan dan tidak
ada yang memaksa . Kenyataanya, pembeli dan penjual tidak sejajar/ setara
seperti yang diasumsikan .Seorang konsumen yang harus membeli ratusan jenis
komoditas tidak bisa berharap mengetahui segala sesuatu tentang semua produk tersebut
seperti produsen yang khusus memproduksi produk. Konsumen tidak memiliki
keahlian ataupun waktu untuk memperoleh dan memproses informasi untuk dipakai
sebagai dasar membuat keputusan.
B. Teori Due care
Teori ini menerangkan tentang
kewajiban perusahaan terhadap konsumen didasarkan pada gagasan bahwa pembeli
dan konsumen tidak saling sejajar dan bahwa kepentingan-kepentingan konsumen
sangat rentan terhadap tujuan-tujuan perusahaan yang dalam hal ini
memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki konsumen. Karena produsen
berada dalam posisi yang lebih menguntungkan, mereka berkewajiban untuk
menjamin bahwa kepentingan –kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk
yang mereka tawarkan. Pandangan due care ini juga menyatakan bahwa konsumen harus
bergantung pada keahlian produsen, maka produsen tidak hanya berkewajiban untuk
memberikan produk yang sesuai klaim yang dibuatnya, namun juga wajib
berhati-hati untuk mencegah agar orang lain tidak terluka oleh produk tersebut
sekalipun perusahaan secara eksplisit menolak pertanggungjawaban ini bila
mereka gagal memberikan perhatian yang seharusnya bisa dilakukan dan perlu
dilakukan untuk mencegah agar oranglain tidak dirugikan oleh penggunaan suatu
produk(Velazquez,2005: 330) .
Adapun kelemahan
yang didapat dari teori ini adalah tidak adanya metode yang jelas untuk
menentukan kapan seseorang atau produsen telah memberikan perhatian yang
memadai. Kemudian, asumsi bahwa produsen mampu menemukan resiko – resiko yang
muncul dalam penggunaan sebuah produk sebelum konsumen membeli dan
menggunakannya. Pada kenyataannya ,dalam masyarakat dengan inovasi teknologi
yang tinggi, produk-produk baru yang kerusakannya tidak bisa dideteksi sebelum
dipakai selama beberapa tahun dan akan terus disalurkan ke pasar. Ketiga, teori
ini terlihat paternalistik , yang menggambarkan bahwa produsen adalah pihak
yang mengambil keputusan –keputusan penting bagi konsumen , setidaknya dalm
kaitannya dengan tingkat resiko yang layak diterima konsumen. (Velazquez,2005:
334).
C. Pandangan teori biaya sosial
Teori ini menegaskan bahwa produsen
bertanggungjawab atas semua kekurangan produk dan setiap kekurangan yang
dialami konsumen dalam memakai poroduk tersebut. Teori ini merupakan versi yang
paling ekstrem dari semboyan “ caveat venditor” (hendaknya si penjual berhati-
hati). Walaupun teori ini menguntungkan untuk konsumen, rupanya sulit
mempertahankannya juga. Kritik yang dapat diungkapkannya sebagai berikut:
1. Teori biaya sosial tampaknya kurang
adil, karena menganggap orang bertanggungjawab atas hal – hal
yang tidak diketahui atau tidak bisa dihindarkan.
2. Membawa
kerugian ekonomis, bila teori ini dipraktekkan , maka produsen terpaksa harus
mengambil asuransi terhadap kerugian dan biaya asuransi itu bisa menjadi begitu
tinggi, sehingga tidak terpikul lagi oleh banyak perusahaan. (Bertens, 2000:
238-239).
Ada juga tanggung jawab bisnis
lainnya terhadap konsumen, yaitu ;
1. Kualitas produk
Dengan kualitas produk disini
dimaksudkan bahwa produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen
(melalui iklan atau informasi lainnya) dan apa yang secara wajar boleh
diharapkan oleh konsumen. Konsumen berhak atas produk yang berkualitas , karena
ia membayar untuk itu. Dan bisnis berkewajiban untuk menyampaikan produk yang
berkualitas, misalnya produk yang tidak kadaluwarsa( bila ada batas waktu
seperti obat-obatan atau makanan). (Bertens, 2000: 240)
2. Harga
Harga yang adil merupakan sebuah
topik etika yang sudah tua. Mulai dari zaman Aristoteles dan pemikirannya sampai
abad pertengahan. Di zaman modern , struktur ekonomi tentu menjadi lebih
kompleks. Karena itu, masalah harga pun menjadi suatu kenyataan ekonomis sangat
kompleks yang ditentukan oleh banyak faktor sekaligus, namun masalah ini tetap
diakui mempunyai implikasi etis yang penting. Harga merupakan buah hasil
perhitungan faktor-faktor seperti biaya produksi, biaya investasi, promosi,
pajak, ditambah tentu laba yang wajar. Dalam sistem ekonomi pasar bebas,
sepintas lalu rupanya harga yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan
daya-daya pasar . Kesan spontan adalah bahwa harga yang adil dihasilkan oleh
tawar- menawar sebagaimana dilakukan di pasar tradisional, dimana si pembeli
sampai pada maksimum harga yang mau ia pasang. Transaksi terjadi, bila maksimum
dan minimum itu bertemu. Dalam hal ini mereka tentu dipengaruhi oleh para
pembeli dan penjual lain di pasar dan harga yang mau mereka bayar atau pasang .
Jika penjual lain menawarkan barangnya dengan harga lebih murah, tentu saja
para pembeli akan pindah ke tempat itu. Harga bisa dianggap adil karena
disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembentukannya (Bertens,
2000: 242)
3. Pengemasan dan pemberian label
Pengemasan
produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek bisnis yang semakin
penting. Selain bertujuan melindungi produk dan memungkinkan mempergunakan
produk dengan mudah, kemasan berfungsi juga untuk mempromosikan produk,
terutama di era toko swalayan sekarang. Pengemasan dan label dapat menimbulkan
juga masalah etis. Tuntutan etis yang pertama ialah informasi yang disebut pada
kemasan benar . Kemudian tuntutan lain yang diperoleh dari pengemasan ini
adalah tidak boleh menyesatkan konsumen.
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Ada dua dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psokologis. Kekuatan sosial
budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan (small
reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan pisokologis terdiri dari pengalaman
belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, gambaran diri.
1. Kekuatan Sosial Budaya
a.
Faktor budaya
Budaya
dapat di definisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke
generasi lainnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupan sebagai
anggota masyarakat.
Implikasi
umum dari perubahan budaya untuk ahli permasalahan adalah sebagai berikut :
1.
Pisikologis untuk cenderung bebas dari
ketidak amanan ekonomis. Konsumen menunjukan :
a. Kecenderungan
kearah meningkatkan kekuatan fisik
b.
Kecenderungan kearah personalisasi
2. Kecenderungan pada paham
antifungisonal
a. Kecenderungan
kearah aliran romantis baru
b. Kecenderungan
ke arah suatu yang baru dan suatu perubahan
3. Kecenderungan
rekasi melawan komplekasi Konsumen menunjukan :
a. Kecenderungan
ke arah hidup sederhana
b. Kecenderungan
kembali kepada alam
b. Faktor Kelas Sosial
Kelas
sosial didefiniskan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang
yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat.
c. Faktor kelompok anutan (small
refrence group)
Didefinisikan
sebagai sutau kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan
perilaku konsumen. Kelmpok ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok atau
organisasi tersebut.
d. Faktor keluarga
Sutau
unit masyarakat kecil yang perilaku sangat mempengaruhi dan menentukan dalam
pengambilan keputusan membeli.
2. Kekutan Faktor Pisikologis
a.
Faktor pengalaman kerja
Belajar
adalah satu perubahan perilaku akibat penalaman sebelumnya. Perilaku konsumen
dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalam belajarnya. Pengalaman
belajar konsumen akan menentukan tindakan keputisan membeli.
b. Faktor Kepribadian
Kepribadian
konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya. Pelayanan yang di
tampilkan pramuniaga toko sangat pila dipengaruhinya.
c. Faktor sikap dan keyakinan
Sikap
dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menenentukan suatu produk, merk dan
pelayanan. Keyakinan komsumen terhadap sutu merk dapat di ubah mealaui
kominikasi persuasife.
d. Konsep diri atau self concept
Perlu menciptakan sesuatu yang
sesuai dengan yang di harapkan oleh konsumen.
2.4 METODE
– METODE PENELITIAN PERILAKU KONSUMEN
Ada dua macam penelitian
konsumen, yaitu penelitian yang bersifat eksplorasi dan penelitian tentang
kesimpulan konsumen
Penelitian ekplorasi : Metode yang digunakan
dalam penelitian ekplorasi konsumen adalah metode mempengaruhi dan metode
memfokuskan kelompok.
Metode mempengaruhi konsumen : Melalui pemberian
sugesti kepada konsumen secara sepontan.
1. Metode
memusatkan atau memfokuskan kelompok konsumen.
Kelompok konsumen
tersebut mengasosiasi kanya secara bebas terhadap masalah-masalah yang ada
dalam pasal.
2. Pendekatan penelitian
konsumen
Penelitian
eksplorasi tidak di rencanakan untuk menyimpulkan jawaban dalam meneliti
pertanyaan yang diberikan konsumen. Oleh karena itu, peneliti megenai
kesimpulan konsumen terhadap sutu produk, mereka dan pelayanan itu penting
peneliti kesimpulan konsumen dapat juga digunakan menentukan apa yang
mempengaruhi konsumen.
Pendekatan penelitian konsumen Ada
dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan penelitian cross-soctional dan
longitudinal.
- Pendekatan penelitian cross-sectional : Pendekatan ini di maksud untuk meneliti aspek-aspek perilaku konsumen yang menggunakan waktu secara relative singkat misalnya meneliti perubahan perilaku konsumen pada watu tertentu mempelajari nilai dan sikap kosumen terhadaf suatu produk dalm momen waktu tertentu.
- Pendektan penelitian longitudinal: Pendekatan ini dimaksud untuk meneliti-aspek perilaku konsumen yang terjadi dalam beberapa periode waktu tertentu, Misalnya : mengadakan penelitian mengenai pendekatan masyarakat tentang suatu produk dapat bertahan selama beberapa waktu. Pendekatan penelitian longitudinal dilakukan pada periode waktu yang relative lama, sedangkan pendekatan penelitian cross-sctional menggnakan waktu yang relative singkat atau sesaat.
Metode-metode penhumpulan
informasi konsumen Ada tiga metode pengumpulan informasi kosumen, yaitu metode
observasi, ekspresimen dan survai.
1.
Metode observasi : Salah satu mempelajair konsumen adalah dengan cara
mengobservasi perilakunya yang tampak, misalnya mengamati kebiasaan konsumen
member produk merk tertentu, sikap dan penilaiyan konsumen terhadap suatu
produk atau merk, jenis-jenis yang paling disukai oleh konsumen .
2. Metode
ekspesimen metode ini merupakan metode pengumpulan dengan cara mengadakan
ekspresimen atau percobaan terhadap situasi. Misalnya: mengukur pengaruh
situasi khusus terhadap sikap dan prilaku membeli. Metode ekspresimen terdiri
dari eksperimen laboratorium, dan eksperimen lapangan.
·
Eksperimen Laboratorium : Percobaan yang
dilakukan dilaboratorium adalah untuk mengontrol variabel-variabel dari luar.
Misanya : mengadakan percobaan terhadap kesukaan konsumen.
·
Eksperimen Lapangan : Perconaan ini dilakukan
untuk mengetahui respon konsumen terhadap sutu produk, merek baru yang di
perkenalkan atau dipasarkan. Dapat juga untuk mengetahui pengaruh harga, iklan
terhadap pemasaran produk, atau merek baru.
3. Metode
Survai : Metode pengumpulan data atau informasi konsumen melakukan partisipsi
secara aktif. Ada tiga teknik dalam metode survai, yaitu wawancara pribadi (personal
interview), survai melalui telepon (teleponsuveys), dan survai melalui surat
(mail surveys)
·
Wawcara pribadi : Teknik pengumpulan informasi yang
di lakikan dengan infrmasi secara langsung berhadap-hadapan antara pewawancara
(interviewer) dengan konsumen.
·
Survei melalui telepon : Teknik pengumpulan
informasi konsumen melalui telepon dimaksud untuk mengetahui pendapat
konsumen terhadap penggunaan barang yang telah di belinya.
·
Survai melalui surat : Teknik pengumpulan
melalui surat dimaksud untuk menyebar luaskan kuisioner kapada konsumen melalui
metode pos. Tujuan survei melalui surat antara lain adalah untuk medapat
informasi mengenai tanggapan dan perilain konsumen terhadap suatu produk.
2.5 TEORI PERILAKU KONSUMEN
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan
dalam dua macam pendekatan : pendekatan nilai guna (utiliti) dan pendekatan
nilai guna ordinal.
Dalam pendekatan nilai guna cardinal
atau teori cardinal menyatakan bahwa
kegunaan dapat dihitung secara nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan
gram atau kilogram, panjang dengan centimeter atau meter dianggap manfaat atau kenikmatan
yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantintatif.
Berdasarkan kepada pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan
memaksimalkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang
akan menentukan kosumennya keatas berbagai jenis barang yang terdapat dipasar.
Dalam pendekatan nilai guna
ordinal,manfaat atau kenikmatan yang diperoleh dari masyarakat yang dikonsumsi
barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk
memiliki barang-barang yang akan memaksimalkan kepuasan ditunjukan dengan
bantuan kurva kepuasan sama, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang
yang akan memberikan nilai guna (kepuasan yang sama).
Teori Ordinal (Ordinal theory)
terbagi atas 7 bagian yaitu :
A.
Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat
dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan
atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal
menggunakan kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah
kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang
memberika tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva
indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi
atau indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Asumsi – asumsi
kurva Indiferensi :
1) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tingi tingkat kepuasanya.
2) Kurva indiferensi menurun dari kiri ke kanan bawah ( downward sloping ), dan cembung ke titik origin ( convex to origin) atau adanya kelangkaan.
3) Kurva indiferensi tidak saling berpotongan agar asumsi transitivitas terpenuhi.
B.
Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang
menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya
(anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL,
sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang yang
dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka : BL = Px.Qx + Py.Qy
C. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan
mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang segi tiga yang dibatasi
kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas,maka daya beli
meningkat,begitu juga sebaliknya.
D. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi
dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang
yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan
anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan
tercapai pada saat kurva garis anggaran (manggambarkan tingkat kemampuan)
bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).
E. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang
Keseimbangan yang dicapai dapat
berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan nyata meningkat,
konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasanya,begitu juga sebaliknya.Salah satu
faktor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.
F. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
Salah satu faktor lain yang dapat
mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan pendapatan nominal. Karena
rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser sejajar dengan
kurva garis anggaran sebelumnya
G. Efek Subtitusi (Substitution Effect) dan Efek
Pendapatan (Income Effect)
Ketika kita mengatakan bahwa jika
harga barang turun maka permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang
terlihat sebenarnya adalah total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan
pendapatan dan perubahan harga, terhadap keseimbanga konsumen.
2.6 PERMASALAHAN TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA
1. Tingginya Jumlah Pengangguran.
Dari
tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum
ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat
ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka
pengangguran di negara kita.
2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah
menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya
produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya
tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih
sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi
sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan
akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan. Hal ini yang juga akhirnya
menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi
pasti untuk masalah ini.
Bahkan beberapa industri yang
dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi
importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja
dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian
khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di
indonesia lainnya.
3.
Keputusan Pemerintah Yang Kurang
Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun
belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara
kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi
ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian
Indonesia. Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China
Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan
sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.
4.
Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya. Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya. Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.
5.
Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
6.
Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.
Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.
2.7 STRATEGI PEMBANGUNAN
DI INDONESIA
Menghitung
atau mengukur suatu ekonomi pembangunan di Indonesia tidak
hanya bisa sekedar melihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi yang di dapatkan
negara Indonesia. Karena hitung-hitungan PDB dan besaran pertumbuhan ekonomi
adalah hitung-hitungan yang terjadi di permukaan, tidak melihat aspek
menyeluruh pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang di dapatkan oleh
masyarakat.
Selain itu PDB adalah hitungan pendapatan rata-rata masyarakat, sementara pertumbuhan pembangunan tidak melihat esensi dan manfaat pertumbuhan ekonomi terhadap masyarakat. Jadi selain menghitung PDB serta mengukur besaran pertumbuhan ekonomi, melihat kondisi pendapatan masyarakat serta manfaat pembangunan terhadap masyarakat adalah salah satu cara mengukur ekonomi pembangunan yang relevan dan benar di mata pembangunan ekonomi negara.
Selain itu PDB adalah hitungan pendapatan rata-rata masyarakat, sementara pertumbuhan pembangunan tidak melihat esensi dan manfaat pertumbuhan ekonomi terhadap masyarakat. Jadi selain menghitung PDB serta mengukur besaran pertumbuhan ekonomi, melihat kondisi pendapatan masyarakat serta manfaat pembangunan terhadap masyarakat adalah salah satu cara mengukur ekonomi pembangunan yang relevan dan benar di mata pembangunan ekonomi negara.
1. Patokan keberhasilan Ekonomi Pembangunan di Indonesia
·
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional Indonesia tidak di
ragukan lagi terus bertumbuh meningkat dan berkembang seiring dengan stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia
dan banyaknya investasi yang di tanamkan.
·
Produk Domestik Bruto
Seperti yang sudah di beberkan di paragraf
pertama PDB Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang cukup memuaskan dengan
pertumbuhan Triwulan III/2012 PDB Indonesia Tumbuh 6,29 Persen, jika stabilitas
ekonomi Indonesia bisa terjaga maka
bukan tidak mungkin di tahun 2013 bisa menembus 7 persen.
·
Perkonomian yang stabil
Perekonomian Indonesia cukup stabil walaupun
di warnai gejolak kaum buruh yang menuntut pertambahan pendapatan tetapi hal
itu di sinyalir tidak akan mempengaruhi stabilitas perekonomian secara nasional.
·
Kesempatan kerja
Ini yang sering luput dari catatan
pemerintah Indonesia dimana pertumbuhan ekonomi dan PDB yang terus meningkat
tidak di sertai dengan kesempatan lapangan kerja yang cukup untuk masyarakat.
·
Distribusi pendapatan yang merata
Ini
juga salah satu yang masih menjadi permasalahan utama di Indonesia dimana distribusi
pendapatan dan pemerataan masih belum terjadi dengan baik.
Itulah sebagian dari patokan keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia.
Itulah sebagian dari patokan keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia.
2. Strategi Ekonomi Pembangunan Indonesia
Ini poin yang paling penting harus ada dalam strategi ekonomi pembangunan yang tepat, agar pendapatan PDB dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat di barengi juga dengan kesempatan kerja yang luas serta distribusi pendapatan yang merata.
Poin pertama adalah penataan ruang, Seperti di ketahui Indonesia terdiri dari berbagai kawasan yang terdiri dari kepualauan yang tersebar di seluruh Indonesia, maka penataan ruang tidak hanya lagi sekedar kawasan di daratan melainkan berbentuk kelompok kepulauan.
·Pembangunan ekonomi
berbasis pendidikan, teknologi dan jasa terpusat di jawa, batam dan bali.
·Pembangunan ekonomi
berbasis kelautan di kembangkan di Indonesia timur seperti sulawesi, papua,
maluku, ntt dan ntb,
·dan pembangunan ekonomi sumber daya mineral
dan tanaman industri di kembangkan di sumatera serta Kalimantan.
Nantinya semuanya di kelola dan di
kembangkan dengan baik bersinergi antar semua daerah saling melengkapi dan
menyempurnakan. Sehinnga pemerataan pendapatan dan perluasan lapangan kerja
terbuka luas di tiap daerah dan ekonomi pembangunan bisa tercipta
dengan baik.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana
mereka dapat mengilustrasikan sutu produk dan jasa mereka atau satu
tindakan-tindakan, proses hubungan sosial yang dilakukan oleh individu,
kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan sutu produk atau lainnya
sebagai suatu akibat dari pengalaman, dengan mempelajari 3 variabel perilaku
konsumen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
yaitu : kekuatan sosial budaya dan kekuatan pisikologis. Metode yang digunakan
dalam penelitian perilaku konsumen dan metode memusatkan atau memfokuskan
kelompok konsume. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen
dipasaran, yaitu menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang
yang akan dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk : teori utility
dan analisis kepuasan sama.
3.2 SARAN
Berdasarkan
pembahasan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran yang
mungkin dapat dipertimbangkan oleh pihak produsen bahwa kepuasan pelanggan
sangatlah penting, jika kita kehilangan satu pelanggan saja berarti kita sudah
kehilangan kepercayaan dari konsumen yang lainnya karena dari pelanggan dan
konsumenlah orang mengetahui produk tersebut, oleh karena itu berusahalah untuk
menerima pengaduan dari kata yang bersifat negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
- Sukirno,
sadona. 2005. Mikro Ekonomi teori pengantar/sadono sukirno, edisi 1, -21.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- R. L. Day (ed.), Costumer Satisfaction,
disatisfaction aand Comlaining Behavior, Bloomington,
IN: Indiana University Press.
-
Greenberg, J.
(1982), “Approaching Equity and avoiding inequity in Groups and
Organization,”J. Greenberg and R. L. Cohen (eds), Equity and justice in Social
Behavior, New York, NY: Springer-Verlag.
-
Mangkunegara, anwar prabu, 2002 “ Prilaku konsumen edisi revisi”
bandung, refika aditama