Rabu, 13 April 2016

Misteri Tapak Kaki Arung Palakka



Konon, bahwa arung Palakka sebelum meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke kerajaan Buton ia melakukan ikrar atau janci , beliau menghentakkan kakinya setelah mengikatnya pada akar pohon beringin sebagai suatu tanda ikrar dan nampaklah pada hentakan kaki itu di atas sebuah batu dilereng gunung Cempalagi yang masih berada di pinggir laut. Bekas tapak kaki Arung Palakka tersebut yang panjangnya kurang lebih 75 cm.
Di bekas tapak inilah bila mana air laut surut maka bekas pijakan kaki tersebut akan nampak dengan jelas. Dan ditapak itu menyerupai sebuah wadah mengandung air tawar yang sesungguhnya harus asin karena berada di bawah permukaan laut. Banyak orang yang berkunjung untuk mendapatkan air suci itu yang dianggapnya sebagai air yang memiliki tuah. Kegiatan seperti itu terjadi dari dulu dan masih berlangsung hingga kini. Dan memang mujurlah seseorang bila mana bisa melihat dan mendapatkan air pada tapak tersebut. Bila mana Anda ingin berkunjung ke daerah tersebut anda harus mempersiapkan diri siap menunggu waktu agak lama untuk dapat melihat situasi tersebut di atas, bahkan terkadang seharian kita menunggu tak kunjung datang a ir surut. Sehingga apabila Anda mampu melihatnya berarti Anda termasuk orang yang mujur. Di sekitar gunung itu ada beberapa mulut gua yang di dalamnya penuh stalagtit dan stalagmit yang tergolong indah dan bahkan menurut pengakuan masyarakat setempat bahwa di adalam gua itu terdapat lorong panjang yang tembus dengan tanjung Pallette yang berjarak 2 km. Gua inilah yang disebut Gua janci. Selain itu di dalam gua itu terdapat sungai yang mengalir air tawar yang airnya cukup dalam namun susah untuk ditempuh. Untuk mencapai sungai itu kita harus berjalan merangkak. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi petualang. Juga disinyalir bahwa di dalam sungai itu hidup komunitas ikan Arwana.

sumber : http://www.telukbone.id/2012/11/misteri-tapak-kaki-arung-palakka.html#more

Motto SUMANGE' TEALARA'

        MOTTO  : SUMANGE TEALARAOleh : Mursalim
Sebelum menguraikan makna “ SUMANGE TEALARA ” terlebih dahulu kita membaca deskripsi di bawah ini.
APAKAH ITU SEMANGAT ? Terkadang kita begitu bersemangat untuk merencanakan sesuatu. Baik itu  soal pekerjaan, karir, belajar/ menuntut ilmu, menjalin hubungan, usaha, berkarya maupun dalam mengejar target. Kita tahu bahwa semangat itu ada pada keyakinan dalam diri kita. Kita juga tahu bahwa semangat itu ada pada minat kita terhadap apa yang akan dan kita lakukan.
Namun semua itu barulah sebuah rencana dan bukan berarti semangat yang sesungguhnya. Karena  sejatinya sebuah semangat itu bukan hanya mesti ada diawal kita melakukan sesuatu. Tapi ia perlu dipertahankan, berkesinambungan, dan dimunculkan terus menerus dalam menyelesaikan apa yang kita lakukan.  Sehingga rasa semangat itu benar-benar menjadi energi kita dalam berproses.
Sebuah contoh sederhana, seorang siswa mengatakan bahwa ia bersemangat sekali untuk pergi ke sekolah. Tetapi mungkin di sekolah ia hanya bersemangat di awal-awal hari saja. Setelah beberapa jam kemudian menemukan hal-hal yang sulit,  pelajaran yang rumit,  atau guru yang tak disukainya, siswa tersebut sudah  mulai mengeluh dan kehilangan gairah untuk belajar. Hal ini berarti siswa yang bersangkutan  tidak memiliki semangat yang sesungguhnya.
APAKAH ANDA BERSEMANGAT ? Jika Anda benar-benar memiliki semangat dalam mengarungi hidup ini maka Anda akan menemukan hal-hal berikut :
  1. Apakah kita masih bersemangat saat baru saja kita menemukan kendala ?
  1. Apakah kita masih bersemangat ketika rasa lelah mulai menghampiri kita ?
  1. Apakah kita masih bersemangat saat sebuah masalah datang di hidup kita ?
  1. aPAKAH pakah kita masih bisa bersemangat ketika menemukan jalan buntu di ujung jalan kita?
Pernyataan di atas mengartikan apa yang dinamakan dengan semangat yang sesungguhnya. Seperti halnya waktu , bukan berarti semangat itu hanya ada pada pagi hari yang cerah, segar, dan riang gembira. Namun semangat itu juga harus tetap ada di waktu siang yang panas, gerah, dan penuh beban dalam pikiran kita.  Hingga sore pun tiba menjemput malam semangat  itu tetap harus dipertahankan.
MENGAPA PERLU SEMANGAT ? Semangat merupakan integritas jiwa dan jasmani dalam beraktivitas. Arti semangat adalah bagaimana kita dapat  membuktikan dan mempertahankan keyakinan diri. Tentunya  bukan hanya rencana diawal saja, akan tetapi semangat itu bagian dari seluruh proses.  Dengan demikian semangat itu adalah sebuah kebutuhan yang hakiki dalam menjalani kehidupan.  “ Semangat itu muncul dari sebuah keyakinan dan
keyakinan itu merupakan sesuatu yang muncul karena dijalani  bukan karena perkataan semata "
MOTTO DAN SEMBOYAN MOTTO  adalah kata atau kalimat pendek yang menggambarkan motivasi, semangat untuk mencapai  tujuan suatu organisasi atau daerah. Motto biasanya menggunakan bahasa daerah setempat (lokal). Kalau di Kabupaten Bone tentu menggunakan bahasa Bugis.

SEMBOYAN  atau SLOGAN  adalah susunan kalimat yang dipakai sebagai dasar tuntunan suatu organisasi atau usaha. Semboyan atau slogan mengacu kepada suatu makna tertentu yang memberikan semangat sekaligus ciri khas pada organisasi.
Misalnya :
Budaya Kerja Pemerintah Kabupaten Bone, yaitu :
  1. Bekerja Keras
  1. Bekerja Cerdas
  1. Bekerja Ikhlas
  1. Bekerja Tuntas
Untuk mewujudkan semboyan atau slogan tersebut di atas, maka diperlukan motto sebagai BAHASA KUNCI  yang mampu memberikan semangat, dan kekuatan, serta keyakinan dalam diri untuk mencapai tujuan tersebut.  Dengan membudayakan bekerja  keras, cerdas, iklhlas, dan tuntas merupakan jembatan untuk mencapai visi masyarakat Bone yang sehat, cerda, dan sejahtera .

SEJARAH Sejak dahulu,  Bone dikenal memiliki  norma dan peradaban yang  sangat tinggi. Sebagai kerajaan yang pernah berjaya di Jazirah Selatan Sulawesi namun sepak terjangnya meliputi nusantara bahkan mencapai benua lain.  Leluhur  Bone selain memiliki kecerdasan spritual tetapi juga memilik kecerdasan emosial dalam menjalani hidup baik dalam praktiknya  disegi sejarah, Sosial budaya, ekonomi maupun politik. Tak heran dimasa sekarang ini anak cucu dan generasi leluhur Bone banyak yang berkiprah dibidang-bidang tersebut.
Belajar dan mengambil hikmah dari sejarah kerajaan Bone pada masa lalu minimal terdapat tiga hal yang bersifat mendasar untuk diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian dengan kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan ke arah yang lebih baik. Ketiga hal yang dimaksud adalah :
Pertama, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminologi politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut "Ade Pitue", yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasihat raja. Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh Ade Pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja untuk dilaksanakan. Selain itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan sangat mengedepankan asas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini berasal dari pesan Kajaolaliddong seorang cerdik cendikia Bone yang hidup pada tahun 1507-1586 masa pemerintahan Raja Bone ke-7 Latenri Rawe Bongkangnge. Kajao lalliddong berpesan kepada Raja bahwa ada empat faktor yang membesarkan kerajaan yaitu:
  1. Mammulanna : Seuwani, Temmatinroi matanna Arung Mangkau'E mitai munrinna gau'e (Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).
  1. Maduanna: Maccapi Arung Mangkau'E duppai ada' (Raja harus pintar menjawab kata-kata).
  1. Matellunna : Maccapi Arung MangkauE mpinru ada' (Raja harus pintar membuat kata-kata atau jawaban).
  1. Maeppa'na : Tettakalupai surona mpawa ada tongeng (Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang benar).
Pesan Kajaolaliddong ini antara lain dapat diinterpretasikan ke dalam pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja betapa pentingnya perasaan, pikiran dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.
Kedua, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone terletak pada pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah lain, dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun negeri agar menjadi lebih baik. Urgensi terhadap pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone dimasa lalu. Dan sebagai bentuk monumental dari pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar bersama kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng yang melahirkan TELLUMPOCCOE atau dengan sebutan lain "LAMUMPATUE RI TIMURUNG" yang dimaksudkan sebagai upaya mempererat tali persaudaraan ketiga kerajaan untuk memperkuat posisi kerajaan dalam menghadapi tantangan dari luar.
Ketiga, warisan budaya kaya dengan pesan. Pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu. Banyak hikmah yang bisa dipetik dalam menghadapi kehidupan, dalam menjawab tantangan pembangunan dan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang semakin cepat. Namun yang terpenting adalah bahwa semangat religiusitas dengan prinsip sumange tealara orang Bone dapat menjawab perkembangan zaman dengan segala bentuk perubahan dan dinamikanya.
SUMANGE’ Kata Sumange dalam bahasa Bugis merupakan ungkapan yang menggambarkan di mana  terjadi interaksi antara jiwa dan raga pada situasi tertentu sehingga  menimbulkan efek perasaan senang, bahagia, dan bersemangat. Sering kita dengar ungkapan Bugis “ Kuru,  Sumange’mu  Ana’ “ hal ini mengandung makna seorang ibu atau ayah memberi ucapan selamat kepada anak yang baru saja menyelesaikan pekerjaan dengan baik.  Demikian pula apabila seorang anak yang mengalami sakit parah atau baru saja sembuh dari penyakitnya “ Kuru, Sunge’mu Ana’ Malampe Sunge’mu Ana’ “ hal ini merupakan ungkapan orang tua kepada anak yang sedang menderita sakit semoga cepat sembuh dan panjang.  Kata SUNGE’  dalam bahasa Bugis melambangkan Ruh atau Jiwa  sedangkan kata SUMANGE  dapat diartikan sebagai penyatuan antara jiwa dan raga.
TEALARA Tealara terdiri atas dua kata yakni Tea dan Lara’ . Dalam bahasa Bugis Tea artinya tak akan (Takkan) sedang lara’  bermakna terpisah, keluar dari kesatuan.  Jika kedua kata tersebut disatukan menjadi TEALARA artinya takkan terpisahkan sehingga bermakna kukuh dan kuat.
SUMANGE’   TEALARA’ SUMANGE merupakan pengintegrasian antara jiwa dan raga. Sedang kata TEALARA berarti tidak terpisah, tidak bercerai-berai, yang menggambarkan kebersamaan, kekukuhan dan keyakinan diri.  Karena itu, SUMANGE TEALARA merupakan pengintegrasian jiwaraga untuk mewujudkan keteguhan dan keyakinan diri yang berawal dari niat yang tergambar dalam prilaku dan perbuatan untuk  bersama-sama mengahadapi sebuah pekerjaan atau tantangan kehidupan.

Diantara sekian banyak petuah bugis Bone  yang sering kita dengar seperti, Siatting Lima, Sitonra Ola, Tessibelleang, Tessipano, Getteng, Lempu, Ada Tongeng, Tellabu Essoe Ritengnga Bitarae, Taro ada Taro Gau. Kesemuanya terangkum dalam SUMANGE TEALARA.  Penulis berpendapat bahwa dari sekian banyak petuah leluhur Bugis Bone yang ada perlu adanya satu bahasa YASSIBONEI ( Seluruh masyarakat Bone ) untuk dijadikan sebagai sebuah bahasa semangat sekaligus menjadi motto Kabupaten Bone.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Motto SUMANGE TEALARA :
  1. SUMANGE TEALARA berawal dari niat
  1. SUMANGE TEALARA memberikan kekuatan dan keyakinan diri
  1. SUMANGE TEALARA lahir dari kebersamaan
  1. SUMNAGE TEALARA adalah ruh kehidupan yang menjiwai segala tindak tanduk kita.
  1. SUMANGE TEALARA  dapat menciptakan jalan.
  1. SUMANGE TEALARA  dapat mengusir ketakutan
  1. SUMANGE TEALARA  dapat mengobati rasa lelah
  1. SUMANGE TEALARA dapat mematahkan kesulitan.
  1. SUMANGE TEALARA  dapat mengantarkan kita pada tujuan
  1. SUMANGE TEALARA dapat menunjukkan jati diri
  1. SUMANGE TEALARA  dapat menerangi kegelapan kita
  1. SUMANGE TEALARA dapat mengangkat  harkat dan martabat
Demikian sekelumit buah pikiran penulis semoga ada mamfaatnya dan SUMANGE  TEALARA dapat menggugah kita semua dalam upaya  mewujudkan masyarakat Bone yang sehat, cerdas, dan sejahtera. Terima Kasih
Oleh : MURSALIM Direktur Lembaga Seni Budaya Teluk Bone
SUMANGE TEALARA