Senin, 11 April 2016

SEJARAH KABUPATEN BONE






Kecamatan di Kab. Bone

  • Bontocani
  • Kahu
  • Kajuara
  • Salomekko
  • Tonra
  • Patimpeng
  • Libureng
  • Mare
  • Sibulue
  • Cina
  • Barebbo
  • Ponre
  • Lappariaja
  • Lamuru
  • Tellu Limpoe
  • Bengo
  • Ulaweng
  • Palakka
  • Awangpone
  • Tellu Siattinge
  • Amali
  • Ajangale
  • Dua Boccoe
  • Cenrana
  • Tanete Riattang Barat
  • Tanete Riattang
  • Tanete Riaattang Timur
    Sejarah kabupaten bone


    Sejarah mencatat bahwa Bone merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone yang dalam catatan sejarah didirikan oleh ManurungngE Rimatajang pada tahun 1330, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke-17 (A. Sultan Kasim,2002). Kebesaran kerajaan Bone tersebut dapat memberi pelajaran dan hikmah yang memadai bagi masyarakat Bone saat ini dalam rangka menjawab dinamika pembangunan dan perubahan-perubahan sosial, perubahan ekonomi, pergeseran budaya serta dalam menghadapi kecenderungan yang bersifat global.
    Belajar dan mengambil hikmah dari sejarah kerajaan Bone pada masa lalu minimal terdapat tiga hal yang bersifat mendasar untuk diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian dengan kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan kearah yang lebih baik.

    Ketiga hal yang dimaksud adalah :
    1. Pertama, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminology politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut “ade pitue”, yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasehat raja. Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh ade pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja untuk dilaksanakan. Selain itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan sangat mengedepankan azas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini berasal dari pesan Kajaolaliddong seorang cerdik cendikia Bone yang hidup pada tahun 1507-1586 yang pernah disampaikan kepada Raja Bone seperti yang dikemukakan oleh Wiwiek P . Yoesoep (1982) bahwa terdapat empat faktor yang membesarkan kerajaan yaitu:
    • Seuwani, Temmatinroi matanna Arung MangkauE mitai munrinna gauE (Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).
    • Maduanna, Maccapi Arung MangkauE duppai ada’ (Raja harus pintar menjawab kata-kata).
    • Matellunna, Maccapi Arung MangkauE mpinru ada’ (Raja harus pintar membuat kata-kata atau jawaban).
    • Maeppa’na, Tettakalupai surona mpawa ada tongeng (Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang benar).

    Pesan Kajaolaliddong ini antara lain dapat diinterpretasikan ke dalam pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja betapa pentingnya perasaan, pikiran dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.

    2. Kedua, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone terletak pada pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah lain, dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun negeri agar menjadi lebih baik. Urgensi terhadap pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone dimasa lalu. Dan sebagai bentuk monumental dari pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar bersama kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng yang melahirkan TELLUM POCCOE atau dengan sebutan lain “LaMumpatue Ri Timurung” yang dimaksudkan sebagai upaya memperkuat posisi kerajaan dalam menghadapi tantangan dari luar.
    3. Kemudian pelajaran dan hikmah yang ketiga dapat dipetik dari sejarah kerajaan Bone adalah warisan budaya kaya dengan pesan. Pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu.


    Banyak refrensi yang bisa dipetik dari sari pati ajaran Islam dalam menghadapi kehidupan, dalam menjawab tantangan pembangunan dan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang semakin cepat. Namun yang terpenting adalah bahwa semangat religiusitas orang Bone dapat menjawab perkembangan zaman dengan segala bentuk perubahan dan dinamikanya. Demikian halnya (kabupaten Bone) potensi yang besar yang dimiliki, yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan demi kemakmuran rakyat. Potensi itu cukup beragam seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, kelautan, pariwisata dan potensi lainnya.

    Demikian masyarakatnya dengan berbagai latar belakang pengalaman dan pendidikan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendorong pelaksanaan pembangunan Bone itu sendiri. Walaupun Bone memiliki warisan sejarah dan budaya yang cukup memadai, potensi sumber daya alam serta dukungan SDM, namun patut digaris bawahi jika saat ini dan untuk perkembangan ke depan Bone akan berhadapan dengan berbagai perubahan dan tantangan pembangunan yang cukup berat. Oleh karena itu diperlukan pemikiran, gagasan dan perencanaan yang tepat dalam mengorganisir warisan sejarah, kekayaan budaya, dan potensi yang dimiliki ke dalam suatu pengelolaan pemerintahan dan pembangunan.

    Obyek sejarah di Kabupaten bone
  • Museum Lapawawoi, Museum ini berada di kecamatan Tanete Riattang, dengan jumlah tenaga kerja 2 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 126 wisatawan nusantara dan 4 wisatawan mancanegara.
  • Bola Soba, Bola Soba berada di kecamatan Tanete Riattang, dengan jumlah tenaga kerja 3 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 203 wisatawan nusantara dan 5 wisatawan mancanegara.
  • Bukit Manurunge, Bukit ini berada di kecamatan Tanete Riattang, ri Matajang dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 41 wisatawan nusantara.        
  • Tanah Bangkalae, Tanah Bangkalae berada di kecamatan Tanete Riattang, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 52 wisatawan nusantara dan 2 wisatawan mancanegara.
  • Kompleks Makam, Makam ini berada di kecamatan Tanete Riattang Kalokkoe dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 24 wisatawan nusantara.    
  • Tempat Manurunge, Tempat ini berada di kecamatan Tanete Riattang ri Toro Timur.    
  • Bubung Tello, Bubung/sumur ini berada di kecamatan Tanete Riattang.
  • Mesjid Tua, Mesjid ini berada di kecamatan Tanete Riattang. 
  • Komp. Makam Mesjid, Makam ini berada di kecamatan Tanete Riattang. Tua Lalebata    
  • Makam Laummasa, Makam ini berada di kecamatan Tanete Riattang Panre Bessi     
  • Kuburan Petta Bettae,   Kuburan ini berada di kecamatan Tanete Riattang Barat, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret 2007 telah dikunjungi oleh 11 wisatawan nusantara.
  • Sungai Jeppe’e, Sungai ini berada di kecamatan Tanete Riattang Barat.
  • Bubung Paranie, Bubung/sumur ini berada di desa Lemo Ape kecamatan Palakka.
  • Komp. Makam, Makam ini berada di desa Matuju kecamatan Ponggawae Awangpone    
  • Bubung Assingireng, Bubung/sumur ini berada di desa Unra kecamatan Awangpone.
  • Makam Petta Makkarame, Makam berada di desa Manera kecamatan Salomekko.
  • Makam Laparu, Makam ini berada di desa Nagauleng kecamatan Matannatikka  Cenrana, Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 452 wisatawan nusantara.
  • Makam Laoleo Boto’e, Makam ini berada di desa Itterung kecamatan Tellu Siattinge. 
    Tugu Malamung patu, Tugu ini berada di desaTelle kecamatan Ajangale 
  • Makam Raja-Raja, Makam ini berada di desa lalebata kecamata Watang Lamuru dengan jumlah tenaga kerja 1 orang. Pada tahun 2007 Januari-Maret telah dikunjungi oleh 257 wisatawan nusantara dan 4 wisatawan mancanegara.
  • Makam Datu Salomekko, Musium ini berada di desa Balange kecamatan Salo Mekko Obyek Wisata Alam     

    Keragaman Pesona Wisata di Kabupaten Bone 

    Keragaman obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Bone, merupakan aset terbesar yang selalu menjadi daya tarik khusus buat wisatawan domestik mau pun mancanegara, untuk bertandang ke Bone.

    Sejarah mencatat bahwa Kabupaten Bone merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone yang dalam catatan sejarah didirikan oleh ManurungngE Rimatajang pada tahun 1330, dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke-17. Bukti sejarah tersebut dapat dilihat dari berdirinya tugu perkasa dari Arung Palakka di tengah-tengah Kota Watampone.

    Kebesaran dan kejayaan kerajaan Bone di masa lalu, kini dibarengi dengan keragaman dan keindahan pesona wisatanya yang ada di masa sekarang. Baik itu keragaman wisata sejarahnya, wisata budaya, mau pun wisata alamnya. Yang memberikan dan menawarkan pesona daya tarik khusus pada obyek.

    Bertandang ke Kabupaten Bone tidak akan membuat Anda bosan. Karena ragam sajian obyek-obyek wisata yang cukup menarik, membuat Anda dapat menikmati waktu libur atau refresing bareng keluarga. Seperti halnya ada wisata Budaya, yang menyuguhkanRumah Adat Bugis (Bola Somba) di Watampone,  Museum Saoraja Lapawawoi Kr. Sigeri di Watampone, Makam Raja-Raja Bone di Bukaka Watampone, dan Makam Raja-raja di Lalebata Lamuru.

    Ada juga wisata Alam nan Bersejarah, seperti wisata Goa Mampu di Desa Cabbeng Kecamatan Dua BoccoE,  Goa Janci di Desa Mallari Kecamatan Awangpone dan Tempat Peraduan Arung Palakka dalam Goa di Kecamatan Awangpone.

    Tidak lupa juga ada wisata Alam, yang siap menanti kedatangan Anda, dengan menyuguhkan obyek wisata Tanjung Pallette di Kecamatan Tanete Riattang Timur Desa Gareccing di Kecamatan Tonra, Pantai Cappa Ujung di Kecamatan SibuluE , Permandian Bonto Jai di Kecamatan Bontocani, Permandian AlingE di Kecamatan Ulaweng, Permandian Lanca di Kecamatan TellusiattingE, Air Panas Saweng di Kecamatan Ponre, Bendungan Salomekko di Kecamatan Salomekko dan Taretta, di Kecamatan Amali. Semua obyek wisata yang terurai di atas menjadi satu aset kekayaan yang sangat bernilai dalam kemajuan pariwisata di Kabupaten
    Bone.

    Beberapa Obyek wisata Unggulan di Kabupaten Bone

    Bola Soba
    Jika ingin mengenal Kabupaten Bone lebih dalam, tak ada salahnya juga Anda mengenal wisata Bola Soba. Obyek wisata ini menyerupai rumah bersejarah, tempat dimana pemimpin perang yang bernama Petta Punggawa pernah tinggal. Rumah ini masih dilestarikan dan dipelihara dengan serius. Pada even-even besar, disekeliling Bola Soba sering di jadikan sebagai tempat penyelenggaraan beberapa tradisi lama yang masih dengan kuat dilaksanakan. Seperti pencak, massempe, malancca, ma’pere, serewa, sirau sulo dan tari-tarian lain. Obyek ini berada di Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tatene Raittang. Untuk Masuk ke obyek ini, tidak dikenakan retribusi sama sekali alis gratis.

    Pantai Tanjung Palette 
    Pantai Tanjung Palette merupakan obyek unggulan Kabupaten Bone, yang tidak pernah sepi dari kunjungi, utamanya saat liburan tiba. Sebagai obyek yang termasyhur dengan air lautnya yang biru, Pantai Tanjung Palette juga dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, yang akan membuat pengunjung beta berlama-lama di kawasan wisata ini. Fasilitas tersebut seperti kolam permandian buat anak dan dewasa, lapangan tennis, area memancing, rumah penginapan, serta masih banyak lagi fasilitas lainnya, yang tentu saja diperuntukkan buat pengunjung. Kawasan wisata ini, masuk dalam wilayah Kecamatan Tanete Riattang Desa Pallette, dengan jarak tempuh dari Kota Bone, sekitar 33 kilometer dari arah selatan, atau sekitar 35 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Tarif ke obyek ini Rp 3000 (Dewasa) dan Rp 2000 (Anak-anak).

    Museum Lapawawoi
    Di Museum ini Anda dapat melihat berbagai benda-benda peninggalan kerajaan Bone, yang dapat Anda jadikan referensi dalam menambah wawasan dan pengetahuan Anda tentang sejarah keberadaan sebuah kerajaan yang pernah berjaya di Indonesia, khususnya di KTI. Juga ada beberapa benda-benda peninggalan dari Arung Palakka. Seperti keris, tombak, patung, pakaian kerajaan, baju-baju adat, potongan rambut Arung Palakka, dan foto-foto beserta silsilah keturunan raja-raja Bone.

    Wisata Gua Mampu
    Mengunjungi Kabupaten Bone, tidak lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Gua Mampu. Gua Mampu merupakan gua terbesar dan terluas dari sekian banyaknya gua yang ada di Sulsel. Obyek ini berada di Desa Cabbeng, Kecamatan DuaboccoE, atau sekitar ± 45 km dari pusat kota Watampone. Di dalam gua terdapat sejumlah rupa bebatuan satalaktid dan stalakmid. Dan konon Gua yang menawarkan keindahan panorama ini, memiliki legenda yang cukup tragis. Di mana legenda tersebut dikenal dengan Legenda Kutukan Mampu, yaitu kutukan yang menimpa kerajaan mampu. Akibatnya kutukan itu, penduduk dan hewan yang berada di dalam wilayah kerajaan Mampu seluruhnya menjadi Batu. Perwujudan dari Legenda ini, dapat Anda saksikan lewat sejumlah perwujudan bentuk bebatuan, yang menyerupai mahluk-mahluk hidup yang terdapat di dalam gua. Memasuki obyek ini, Anda diwajibkan membayar ritribusi sebesar Rp 2000, untuk Dewasan dan Rp 1000, untuk Anak.

    Wisata Air Terjun Ulu Pere 
    Obyek wisata satu ini memiliki keindahan yang sangat eksotik, tidak kalah dengan tempat-tempat wisata lainnya yang ada di daerah Bone. Pengunjung yang bertandang ke sini, akan disuguhi panorama alamnya yang begitu memukau, lewat deretan air terjunnya yang bertingkat-tingkat, menyerupai deretan sarah yang ada di kaki bukit. Keadaan tersebut, seakan membawah kita sejenak menghayati jika anugerah yang Tuhan berikan di suatu wilayah berupa kekayaan alam, benar-benar cukup bernilai. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemberdayaan kekayaan alam, haruslah dipelihara sebaik-baiknya, tanpa harus merusaknya dengan berbagai alasan. Dan yang utama harus selalu diberdayakan dan dipelihara dengan baik. Selain keindahan panoramanya, Air terjun Ulu Pere, juga memiliki kejernihan dan segar air yang tidak tertandingi. Dan banyak masyarakat sekitarnya memanfaatkan air tersebut untuk keperluan hidup sehari-hari, seperti dikonsumsi untuk minum. Di sekitar kawasan obyek, juga terhempas deretan perkebunan cengkeh dan sejumlah pepohonan jati dan kapas. Untuk menuju ke lokasi obyek, jarak tempuh yang akan Anda lalui, sekitar 107 Km dari Ibu Kota Kabupaten Bone, karena area obyek berada di Kecamatan Bontocaini dan untuk masuk, tidak dikenakan ke pengunjung.

Sumber : http://x-treme-smadas.blogspot.com/2013/05/sejarah-kabupaten-bone.html

MENGENAL KABUPATEN BONE


Salam hormat untuk semua pembaca, kali ini saya akan memperkenalkan dimana saya lahirkan dan tinggal bersama keluarga, yaitu Kabupaten Bone. Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terluas di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bone terdiri dari 27 kecamatan dan 372 kelurahan/desa. Kabupaten Bone ibukotanya Watampone yang berjarak sekitar 180 km dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan Makassar). Penduduk kabupaten Bone umumnya bersuku bugis dan beragama Islam.


Sejarah terbentuknya Kabupaten Bone merupakan peralihan dari suatu kerajaan tua yang tumbuh dan besar di Sulawesi pada zaman dahulu. Kerajaan Bone yang ibu kotanya Bone dalam perkembangannya berubah nama menjadi Lalengbata dan terakhir berubah nama menjadi Watampone. 



Menurut sejarah, dahulu Bone merupakan daerah yang kacau balau akibat tidak adanya pemimpin yang dapat mengarahkan/mempersatukan rakyat. Pada saat itu terjadi hukum rimbah, rakyat sianre bale (istilah bugis yang berarti saling membunuh), siapa yang kuat itulah yang menang. Kondisi ini berlangsung sampai tujuh turunan sampai akhirnya muncullah orang yang mampu membawa perdamaian ditengah masyarakat. Orang ini muncul ditengah-tengah rakyat Bone yang asalnya tidak diketahui oleh rakyat Bone sendiri. Sehingga rakyat Bone memberi gelar sebagai To Manurung atau “Manurunge ri Matajang”.

Keberhasilan menciptakan perdamain membuat rakyat Bone bersedia mengankat dia sebagai pemimpinnya yang merupakan hasil mufakat dari para Matoa (Ketua Kelompok Rakyat). Dari sinilah, awal sejarah terbentuknya Kerajaan Bone. Dalam menjalankan tugasnya, Raja ManurungE ri Matajang yang bergelar Mangkau dibantu oleh Matoa Pitu yang terdiri dari Matoa Ujung, Matoa Ponceng, Matoa Ta’, Matoa Tibojong, Matoa Tanete Riattang, Matoa Tanete Riawang, dan Matoa Macege. Berikut raja-raja Bone yang pernah memimpin Bone : 
1. Mata SilompoE To Manurungnge (1373 – 1380).
2. La Ummase, putera dari To ManurungngE ri Matajang dan digelar Petta Panre Bessie (1380 -1448).
3. La Saliwu Petta Karampeluwa, Kemenakan dari La Ummase, digelar Petta Pasodowakkae (1448 – 1518).
4. We Tenrigau Daeng Marowa Arung Majang (1512 – 1533), Ratu Perempuan Kerajaan Bone, digelar Makkaleppie atau Bissu ri Laleng Bili’atau Petta ri Lawelareng. Ratu ini kawin dengan Arung Kaju. Menurut kepercayaan rakyat Ratu ini tidak wafat tetapi menghilang secara gaib di cina sehingga di gelar Petta Mallajangnge ri Cina.
5. La Tenrisukki, putra dari We Benrigau (1538 – 1541).
6. La Woloi Boteé putera La Tenrisukki, Petta MatinroE ri Itterung (1541 – 1570).
7. La Tenrirawe BongkangngE, putera La Woloi BoteE, digelar Petta MatinroE ri Gucinna (1570 – 1586). Pada masa pemerintahan raja ini didampingi oleh seorang cendikiawan dan negarawan terkenal kerajaan Bone yang bernama Kajao Laliddong.
8. La Ica, Saudara La Tenrirawe BongkangngE, di gelar Petta MatinroE ri addenenna (1586 – 1604).
9. La Pattawe Arung Kaju (1604 – 1609), anak dari La Pannaungi To Appawawoi saudara dari La Tenrisukki raja Bone ke 5, cucu dari We Tenri Gau Daeng Marowa Arung Majang raja Bone ke 4. Raja Bone ke-9 ini tidak memiliki anak.
10. We Tenrituppu, cucu dari La Woloi Boteé Raja Bone ke 6, digelar Petta MatinroE ri Sidenreng. Pada masa pemerintahannya, La tenrituppu merubah nama Matoa Pitu menjadi Ade Pitu atas persetujuan para Matoa.
11. La Tenriruwa Sultan Adam, di gelar MatinroE ri Bantaeng. Beliau Raja Bone yang pertama memeluk Agama Islam (1609 – 1611). Setelah masuknya agama Islam maka struktur pemerintahan kerajaan Bone berubah yaitu dimasukkan perangkap Kadhi. Kadhi terdiri dari Imam, Khatib, Bilal dan lain-lain. Kadhi berfungsi untuk menangani urusan pengembangan dan pemantapan pelaksanaan syariat Islam.
12. La Tenripale To Akkepeyang, putera raja Bone ke 8, kawin dengan Kunange puteri Raja Bone ke 10. Raja ini digelar Petta Matinroe ri Tallo.
13. La Maddaremmeng, cucu Raja Bone ke-8 dan kemanakan Raja Bone ke 12. Pada zaman pemerintahan Baginda, Kerajaan Gowa menyerang dan menaklukkan Kerajaan Bone. Raja ini digelar Petta matinroE ri Bukaka (1667 – 1672).
14. La Tenriaji To Senrima, adik dari raja Bone ke 13. Beliau memberontak terhadap kerajaan Gowa. Lalu La Tenriaji To Senrima diasingkan ke Siang (Pangkep) dan digelar Petta MatinroE ri Siang (1646 – 1650).
15. La Tenri To Appatunru Arung Palakka Petta MalampeE Gemme’na Sultan SaanuddinMangkau ri Bone To ri Sompae ri Gowa MalebbaE Songko’na Arungna Mandurae MatinroE ri Bontoala, raja Bone ke 15 (1667 -1696), tetapi baru dikukuhkan menjadi Raja Bone tanggal 3 Nopember 1672.
16. La Patau Sultan Alimuddin Idris, Baginda adalah cucu dari La Maddaremmeng raja Bone ke 13, La Patau pertama kawin dengan putri Raja Luwu kemudian perkawinan keduanya dengan putri Raja Gowa. Dari kedua perkawinannya La Patau memiliki putra-putri yang kemudian berkuasa di kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi Selatan. La Patau digelar Petta MatinroE ri Nagauleng.
17. Bataritojang Sitti Zainab Sultana Zukijasuddin Arung Timurung Datu Citta, Mangkau di Bone, ini adalah putri La Patau hasil perkawinan dari putri Raja Luwu. Bataritojang ini juga menjadi Payung di Luwu dan Datu di Soppeng. Raja ini memerintah pada tahun 1714 – 1715 dan 1724 – 1748, dan digelar Petta MatinroE Tippulu’e.
18. La Padangsejati To Appaware Arung Palakka adalah putra La Patau dari permaisurinya dari Gowa. Setelah wafat diberi gelar Petta MatinroE ri Beula.
19. La Pareppa To Sappewali adalah saudara kandung dari La Padangsejati mangkau Bone ke 18, 1720 – 1724. Sebelum menjadi Mangkau di Bone telah menjadi Somba di Gowa dan digelari Petta MatinroE ri Somba Opu.
20. La Paongi Appawawoi Arung Mampu, Baginda adalah saudara kandung dengan Raja Bone ke 18 dan 19, setelah wafat digelar Petta Matinroe ri Bisei.
21. Bataritojang Sitti Zainab Sultana Zukijasuddin Arung Timurung Datu Citta, ini masa pemerintahan yang keduanya 1724 – 1748, dan digelar Petta MatinroE ri Tippulu’e.
22. La Tomassonge (La Mappasossong) Jaliluddin Abdul Razak Datu Baringeng, Raja ini juga anak dari La Patau dengan istri dari Gowa. Digelari Petta MatinroE ri Mallimongeng.
23. La Tenrituppu Sultan Achmad Saleh Syamsuddin, baginda adalah cucu dari raja Bone ke 22 dan memerintah pada tahun 1775 – 1812 dan digelari Petta Matinroe ri Rompegading.
24. To Appatunru Sultan Muhammad Ismail Muhtajuddin, baginda memerintah pada tahun 1812 – 1823 adalah putra dari raja Bone ke 23 dan digelari Petta Matinroe ri LalengBata.
25. We Maning Ratu Arung Data Sultana Saleha Rabiyatuddin, baginda adalah saudara raja Bone ke-24. Baginda adalah mangkau di Bone tahun 1825 – 1835, Pada waktu baginda Mangkau di Bone terjadi perang Bone yang pertama melawan Belanda. baginda tidak bersuami dan setelah wafat digelari Petta Matinroe ri Kessi Pangkajene.
26. Mappasiling Arung Panyili Sultan Adam Najamuddin (1835 – 1845), beliau saudara dengan raja Bone ke 25. Setelah wafat digelar Petta Matinroe ri Salassa’na.
27. La Parengrengi Sultah Achmad Saleh Muhiddin Arung Pugi (1845 -1857). Baginda cucu dari Mangkau Bone ke 23. Baginda kawin dengan Besse Kajuara, digelar Petta Matinroe ri Ajangbetteng.
28. We Tenriwaru Pancaitana Besse Kajuara Mangkau di Bone Datu Suppa Sultana Ummulhadi (1857 – 1860), beliau menggatikan suaminya Mangkau di Bone ke 27. Pada masa pemerintahannya terjadi perang Bone ke-II dan ke-III. Nama beliau setelah wafat adalah Pancaitana Besse Kajuara Tenriwaru Peleiengngi Pesempe Petta Matinroe ri Majennang.
29. Singkerrurukka Arung Palakka Sultan Achmad Idris, beliau adalah cucu dari Mangkau ke 24. Beliau Mangkau Bone (1860 -1871) dan digelar Petta Matinroe ri Paccing.
30. Fatimah Banri arung Timurung (1871 – 1895), Baginda adalah puteri dari Mangkau Bone ke 29. Setelah wafat digelar Petta Matinroe ri Bolampare’na.
31. La Pawawoi Arung Segeri, beliau saudara seayah dengan Mangkau Bone ke 30. Pada tahun 1895 di usia 60, beliau Mangkau di Bone. Pada tahun 1905 Belanda menyerang Kerajaan Bone yang disebut perang Bone ke 4, ketika itu beliau ditangkap dan dibuang ke Bandung kemudian dipindahkan ke Batavia. Setelah wafat digelar Petta Matinroe ri Betawi. Makam beliau kini berada di TMP Kalibata.
32. Mappayukki Sultan Ibrahim, beliau adalah putera ke 2 Sombaya di Gowa ke 34 Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Huzain Tumanenga ri Bundu’na. Beliau Mangkau di Bone dari 2 April 1931 – 19 Juni 1946, dan wafat pada tanggal 18 April 1967, digelar Petta MatinroE ri Jongae. Baginda dimakamkan di TMP Panaikang Makassar.
33. Andi Pabbenteng Daeng Palawa, beliau diangkat oleh NICA menjadi raja Bone pada 19 Juni 1946 dan turun tahta sesudah pengambilalihan kekuasaan di wilayah Indonesia Timur dari Kekuasaan Belanda oleh operasi militer APRIS pada tanggal 26 Mei 1950. 

Bone setelah lepas dari Pemerintahan Kerajaan dan menjadi Kabupaten Bone , sampai saat ini tercatat 13 (tiga belas) Kepala Daerah di beri kepercayaan untuk mengembang amanah pemerintahan di Kabupaten Bone masing-masing :

1. Andi Pangeran Petta Rani, Kepala Afdeling/ Kepala Daerah Tahun 1951 sampai dengan tanggal 19 Maret 1955.
2. Ma’Mun Daeng Mattiro Kepala Daerah tanggal 19 Maret 1955 sampai dengan 21 Desember 1957.
3. H.Andi Mappanyukki Kepala Daerah/ Raja Bone tanggal 21 Desember 1957 sampai dengan 1960.
4. Kol. H.Andi Suradi, Kepala Daerah tanggal 21 M e i l960 sampai dengan 01 Agustus 1966.
5. Andi Baso Amir, Kapala Daerah Tanggal 02 Maret 1967 sampai dengan 18 Agustus 1970.
6. Kol. H. Suaib, Bupati Kepala Daerah tanggal 18 – 08 - 1970 sampai dengan 13 Juli 1977.
7. Kol.H.P.B.Harahap, Bupati Kepala Daerah tanggal 13 Juli 1977 sampai dengan 22 Pebruari 1982.
8. Kol.H.A.Made Alie, PjS Bupati Kepala Daerah tanggal 22 Pebruari 1982 sampai dengan 6 April 1982 sampai dengan 28 Maret 1983.
9. Kol.H.Andi Syamsul Alam, Bupati Kepala Daerah tanggal 28 Maret 1983 sampai dengan 06 April 1988.
10. Kol.H.Andi Sjamsul Alam, Bupati Kepala Daerah tanggal 06 April 1988 sampai dengan 17 April l993.
11. Kol. H.Andi Amir, Bupati Kepala Daerah tanggal 17 April 1993 Sampai 2003
12. H. A. Muh. Idris Galigo,SH (Bupati 2003-2008)
13. H. A. Muh. Idris Galigo, SH (Bupati periode 2008 – 2013, yang dipilih secara langsung oleh rakyat Bone melalui Pilkada) 

sumber : http://songkeng-bonekoe.blogspot.com/2010/08/salam-hormat-untuk-semua-pembaca-kali.html

Rabu, 20 Januari 2016

Diantara Tanda Kekuasaan Allah

“Dan Dialah (Allah) yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,Kami halau ke suatu daerah yang tandus.Lalu kami turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”(Terjemahan Q.S. 7:57)
Ini adalah atsar-atsar rububiah di alam semesta,atsar(bekas) perbuatan,kekuasaan,dan pengaturan. Semua adalah ciptaan Allah,yang tidak layak ada Tuhan lain bagi manusia selain Dia. Dia(Allah) adalah Maha Pencipta dan Pemberi rezeki dengan sebab-sebab yang diberikannya sebagai rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Setiap waktu angin bertiup,setiap waktu angin membawa awan,setiap waktu turun air dari awan. Akan tetapi, semua ini berhubungan dengan perbuatan Allah, sebagaimana hakikatnya. Ia adalah adalah sesuatu yang baru yang dipaparkan oleh Al-qur’an dengan dilukiskan pada pemandangan yang bergerak,seakan-akan mata memandangnya.
Allah meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira akan datangnya rahmat-Nya. Angin bertiup sesuai dengan hukum alam
yang diciptakan Allah pada alam semesta ini.Jadi,alam tidak menciptakan dirinya sendiri,yang kemudian membuat hukum untuk dirinya yang disebut hukum alam. Tetapi, tashawwur Islami didasarkan pada i’tikad bahwa semua peristiwa yang terjadi di alam ini meskipun terjadinya sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan Allah-sebenarnya ia terjadi dan terealisir menurut ukuran tertentu untuk diwujudkan di alam nyata.
Urusan terdahulu yang berjalan menurut sunnatullah,tidak bertentangan dengan kaitan qadar Allah dengan setiap peristiwa dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sesuai dengan sunnatullah ini. Maka,peniupan angin,sesuai dengan undang-undang Ilahi pada alam(yang biasa disebut hukum alam),adalah salah satu dari berbagai macam peristiwa yang terjadi sesuai dengan ketentuan khusus untuknya.
Angin yang membawa awan juga berjalan sesuai hukum Allah pada alam semesta,tetapi ia berjalan sesuai dengan hukum yang khusus. Kemudian Allah menghalau awan dengan kadar tertentu ke “daerah yang mati”..padang atau tanah tandus. Kemudian dia menurunkan air dari awan itu dengan kadar tertentu pula. Setelah itu mengeluarkan bermacam-macam buah-buahan dengan kadar tertentu yang semua itu terjadi sesuai dengan undang-undang yang diciptakan Allah dan sesuai dengan tabiat alam serta tabiat kehidupan.
Tashawwur Islam dalam hal ini menolak apa yang dikatakan “kebetulan” pada semua yang terjadi pada alam ini, sejak penciptaan dan pemunculannya, hingga semua gerakan dan perubahan yang terjadi.Hal ini sebagai mana Islam juga menolak pemahaman Jabariyah yang menggambarkan alam sebagai sarana tanpa ada yang menciptakannya dan membuat peraturan tata geraknya. Kemudian membiarkannya bergerak sendiri seperti robot dengan sistem yang telah dibuat sedemikian rupa.
Allah menetapkan penciptaan dengan kehendak dan qadarnya. Kemudian menetapkan undang-undang yang baku dan peraturan yang berlaku. Akan tetapi, Ia juga menciptakan qadar yang menyertai setiap gerak undang-undang alam dan setiap kali tampak padanya sunnatullah. Yaitu, qadar yang menimbulkan gerak dan merealisasikan peraturan, sesuai dengan kehendak mutlak yang ada di balik sunnah dan aturan-aturan yang baku itu.
Ini adalah lukisan yang hidup, yang dapat melenyapkan kebodohan dari dalam hati,kebodohan mengenai sarana dan kekuatan pemaksa. Lalu membiarkannya selalu dalam kesadaran dan kontrol. Setiap kali terjadi suatu peristiwa sesuai dengan sunnatullah, dan setiap kali selesai suatu gerakan sesuai dengan undang-undang Allah, maka gemetarlah hati ini melihat berlakunya kekuasaan Allah,melihat tangan Allah yang bekerja. Lantas ia bertasbih kepada Allah, mengingat-Nya, merasa didalam pengawasan-Nya, dengan tidak melupakan alat-alat penentunya.
Inilah tashawwur Islam yang menhidupkan hati dan menyadarkan akal. Kemudian menghubungkan semuanya dengan perbuatan Sang Maha Pencipta yang tampak selalu aktual,dan menyucikan Sang Maha Pencipta yang selalu hadir dalam setiap saat,dalam setiap gerak,dan dalam setiap peristiwa yang terjadi di malam hari maupun di siang bolong.
Begitulah Al-qur’an mengaitkan hakikat kehidupan yang berkembang dengan kehendak Allah dan qadar-Nya di bumi ini. Juga dengan kejadian terakhir yang juga terwujud dengan kehendak dan qadar Allah,sesuai dengan manhaj yang dapat dilihat makhluk hidup di dalam menciptakan kehidupan ini,
“Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”
Mukjizat kehidupan ini mempunyai satu karakter,dibalik bentuk-bentuknya,gambar-gambarnya,dan kondisi yang melingkupinya. Inilah kesan yang diberikan dalam bagian akhir ayat ini.Sebagaimana Allah mengeluarkan kehidupan(tumbuh-tumbuhan) dari tanah yang mati atau tandus, maka ia juga akan mengeluarkan kehidupan dari manusia-manusia yang telah mati pada akhir perjalannya.
Sesungguhnya kehendak yang meniupkan kehidupan di dalam lukisan-lukisan kehidupan dan bentuk-bentuknya di muka bumi ini,adalah juga kehendak yang mengmbalikan kehidupan pada benda-benda yang mati. Kekuasaan yang mengeluarkan kehidupan dari benda-benda mati di dunia ini, adalah juga kekuasaan yang memberlakukan kehidupan pada manusia-manusia yang telah mati pada kali ini..

Pustaka: Tafsir Fizhilalil qur’an Jilid 4
https://pustakakita.wordpress.com/category/al-quran/

Langkah Cepat Menguasai Isi Buku

Kita tidak boleh diperbudak oleh buku dengan membaca semua kata yang ada. Karena itu semua orang harus berani membuat prioritas membaca.

Satu kunci awal sebelum sukses membaca cepat, kata Soedarso, penulis buku Speed Reading (Sistem Membaca Cepat dan Efektif), adalah bahwa kita harus membaca sesuai dengan tujuan awal kita. Umumnya, tujuan kita membaca adalah untuk memperoleh informasi atau sekadar bersantai. 

Menurut Soedarso, kita tidak boleh diperbudak oleh apa yang tercetak dengan membaca semua kata yang ada. Kita harus berani menjadi tuan dan bacaan itulah yang menjadi budak kita, bukan sebaliknya. 

Oleh karena itu, kata dia, semua orang harus berani membuat prioritas membaca. Jangan asal membaca, karena waktu kita terbatas. Kategorisasi akhirnya mutlak dilakukan. Artinya, kita harus menetapkan, apa yang dapat menambah informasi, meningkatkan studi, karier dan pekerjaan. Kita juga harus menetapkan, apa yang tidak menarik dan tidak berguna bagi diri kita ataupun tugas kita.

Ketika menghadapi buku, langkah awal sebelum membacanya adalahskimming atau survei selama satu atau dua menit. Hal ini akan memudahkan kita memilah bagian penting dan tidak penting dalam sebuah buku. Menurut Soedarso, skimming merupakan jurus ampuh dalam membaca cepat.

Skimming antara lain meliputi: memperhatikan judul, sub judul, bagian-bagiannya, paragraf, gambar, hingga tabel sebagai satu kesatuan, memperhatikan judul dengan seksama, apa implikasi-implikasinya, dan melihat pembagian-pembagian selanjutnya untuk mendapatkan apresiasi struktur tulisan.

Untuk menguasai buku, kata Soedarso, setiap pembaca harus menguasai ide pokok dan tidak terjebak kepada contoh yang bertele-tele. Ide pokok itu bisa ditemukan dalam buku secara keseluruhan buku, bab, sub bab, dan bahkan paragraf.

Kemampuan menangkap ide pokok merupakan tahapan pertama memajukan pemahaman. Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat kita harus berpikir bersama penulis. Langkah yang dilakukan adalah baca dengan mendesak dengan tujuan mendapatkan ide pokok. “Jangan baca kata per kata, melainkan serap ide. Bergerak lebih cepat, tapi jangan kehilangan pengertian,” kata Soedarso.

Persoalan penting berikutnya ketika membaca buku non fiksi, kata Soedarso, adalah membuat catatan yang berkaitan dengan buku yang kita baca. Catatan ini diperlukan karena ada sesuatu yang menarik dalam bacaan, sangat kita perlukan, atau harus selalu kita ingat-ingat. Pokok yang dicatat meliputi elemen-elemen kunci: ide sentral, soal-soal besar, tujuan dan asumsi pengarang tentang segi-segi tertentu, serta detail dan fakta yang spesifik. 

Metode membaca cepat merupakan semacam latihan untuk mengelola proses penerimaan informasi. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian akan tersimpan di dalam otak. 

Berdasarkan informasi yang sudah disimpan itulah kemudian seseorang akan membaca buku berikutnya. Ketika membaca buku berikutnya, informasi yang sudah diterima ketika membaca buku sebelumnya tentu tidak akan dibaca ulang. 

Dengan demikian, semakin banyak orang membaca buku, mestinya akan semakin cepat kemampuan bacanya. “Ibarat kendaraan bermotor, jika kita sudah masuk ke gigi dua, maka kita bisa meningkatkan ke gigi tiga, empat dan seterusnya,” kata Anugerah Pekerti, pendiri Pusat Pembelajaran Mandiri Sapiens.

Sebaliknya, kata Pekerti, seseorang yang terpaku untuk terlalu lama membaca hingga terjebak membaca seluruh buku secara detail, akan terus berada dalam kecepatan tersebut. “Ibaratnya, dia hanya akan mampu pada gigi satu. Jadi, tidak bisa tiba-tiba dipindah ke gigi empat atau lima,” katanya.

NURHIDAYAT
sumber klik di sini

Kekuatan hidup dengan membaca Al Qur’an

Sesungguhnya wasilah yang utama untuk memperbaiki jiwa, mensucikan hati dan menjaganya dari berbagai kemelut dan terapinya adalah ilmu. Sedangkan wasilah pertama untuk mendapatkan ilmu adalah dengan membaca dan tersedianya kitab. Oleh karenanya kita akan mendapati bahwa ketika Allah menghendaki hidayah bagi makhluk-Nya dan mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya, maka Dia menurunkan kitab pada mereka untuk dibaca.
Dan surat yang pertama kali diturunkan dimulai dengan kalimat yang sangat agung. Kalimat yang mengandung kunci perbaikan bagi segenap manusia walaupun berbeda masa dan berlainan tempatnya. Kalimat tersebut adalah: “Iqra’“, bacalah. Maka, barang siapa yang menghendaki kesuksesan, kesucian, dan perbaikan, maka tiada jalan lain kecuali dengan dua wahyu, yakni Al Qur’an dan As-Sunnah, baik secara bacaan, hafalan maupun pembelajaran.
Sesungguhnya dengan kembali kepada kitab yang mengharuskan dibaca, dipahami, dan diamalkan ini merupakan langkah nyata untuk melakukan perubahan dan pengembangan.
seandainya kita mencermati kondisi para salafus shalih sejak zaman Nabi saw. hingga orang-orang yang hidup sekarang ini dari kalangan orang-orang shalih, niscaya kita temukan titik kesamaan mereka ada pada pelaksanaan Al Qur’an, terutama ketika shalat malam. Dan amalan yang sudah menjadi konsesus mereka yang menunjukan bahwa mereka tidak melalaikan Al Qur’an dalam kondisi apapun, yaitu membaca satu bagian tertentu (hizb) dari Al Qur’an setiap hari. Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang tertidur dan lupa tidak membaca satu hizb Al Qur’an atau sebagian darinya, lantas ia membacanya antara shalat Fajar dan shalat Dhuhur, maka ditulis baginya seakan-akan ia membacanya semalam penuh.” (HR. Muslim)
Hadits ini menekankan agar tidak melewatkan membaca (hizb Al Qur’an) meski banyak aral yang melintang. Sebab mereka mengetahui seyakin-yakinnya bahwa hal tersebut merupakan konsumsi hati dimana ia tidak akan dapat hidup tanpanya. Mereka selalu berusaha untuk mendahulukan makanan hati tersebut sebelum makanan jasad. Mereka merasakan ada kekurangan apabila tidak mendapatkan sesuatu darinya. Berbeda halnya dengan orang-orang yang meremehkannya yang tidak pernah merasakan kecuali rasa lapar, haus, sakit, dan pedihnya tubuh mereka. Adapun rasa sakit dan hausnya hati, tidak pernah mereka rasakan.
Sesunggunnya membaca Al Qur’an pada waktu shalat malam merupakan wasilah yang paling kuat untuk mempertahankan keberadaan tauhid dan iman supaya tetap segar, lunak, dan basah didalam hati.
Bacaan Al Qur’an adalah pijakan bagi setiap amal salih yang lain seperti puasa, shadaqah, jihad dan menyambung tali silaturahim.
Ketika Allah SWT. menugaskan Nabi-Nya, Muhammad saw.  dengan kewajiban dakwah sebagai tugas yang amat berat, maka Allah mengarahkannya kepada sesuatu yang dapat membantunya, yaitu membaca Al Qur’an:
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan diwaktu itu lebih berkesan. Sesunggubnnya kamu pada siang hari mempunya urusan yang panjang (banyak).” (QS. Al Muzammil: 1-7)
Pada zaman kita sekarang ini telah banyak yang membahas masalah kesuksesan, kebahagiaan, keberhasilan, dan kekuatan dalam hidup. Dan telah banyak pula tulisan-tulisan yang berkaitan dengan hal tersebut, masing-masing mengaku bahwa dalam bukunya tersebut atau dalam acara-acara mereka mengandung obat mujarab dan terapi yang manjur. Ia menganggap bahwa jika memakai buku tersebut maka tidak perlu lagi buku yang lain. Yang benar, bahwa sifat tersebut tidak pantas diberikan kecuali kepada satu-satunya kitab, yaitu Al Qur’an Al Karim.
Apabila hati seorang hamba sudah bergantung kepada kitab Rabb-nya, dan ia yakin bahwa jalan kesuksesan, keselamatan, kebahagiaan dan kekuatan dirinya ada dalam membaca dan mentadabburi Al Qur’an, maka ini merupakan awal pijakan menggapai keberhasilan dan tangga kebahagiaan di dunia dan akhirat.
 
Dr. Khalid bin Abdul Karim Al Laahim
Kunci-kunci tadabbur Al Qur’an

sumber : https://pustakakita.wordpress.com/2007/07/19/kekuatan-hidup-dengan-membaca-al-quran/#more-61