Rabu, 20 Januari 2016

Diantara Tanda Kekuasaan Allah

“Dan Dialah (Allah) yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,Kami halau ke suatu daerah yang tandus.Lalu kami turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”(Terjemahan Q.S. 7:57)
Ini adalah atsar-atsar rububiah di alam semesta,atsar(bekas) perbuatan,kekuasaan,dan pengaturan. Semua adalah ciptaan Allah,yang tidak layak ada Tuhan lain bagi manusia selain Dia. Dia(Allah) adalah Maha Pencipta dan Pemberi rezeki dengan sebab-sebab yang diberikannya sebagai rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Setiap waktu angin bertiup,setiap waktu angin membawa awan,setiap waktu turun air dari awan. Akan tetapi, semua ini berhubungan dengan perbuatan Allah, sebagaimana hakikatnya. Ia adalah adalah sesuatu yang baru yang dipaparkan oleh Al-qur’an dengan dilukiskan pada pemandangan yang bergerak,seakan-akan mata memandangnya.
Allah meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira akan datangnya rahmat-Nya. Angin bertiup sesuai dengan hukum alam
yang diciptakan Allah pada alam semesta ini.Jadi,alam tidak menciptakan dirinya sendiri,yang kemudian membuat hukum untuk dirinya yang disebut hukum alam. Tetapi, tashawwur Islami didasarkan pada i’tikad bahwa semua peristiwa yang terjadi di alam ini meskipun terjadinya sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan Allah-sebenarnya ia terjadi dan terealisir menurut ukuran tertentu untuk diwujudkan di alam nyata.
Urusan terdahulu yang berjalan menurut sunnatullah,tidak bertentangan dengan kaitan qadar Allah dengan setiap peristiwa dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sesuai dengan sunnatullah ini. Maka,peniupan angin,sesuai dengan undang-undang Ilahi pada alam(yang biasa disebut hukum alam),adalah salah satu dari berbagai macam peristiwa yang terjadi sesuai dengan ketentuan khusus untuknya.
Angin yang membawa awan juga berjalan sesuai hukum Allah pada alam semesta,tetapi ia berjalan sesuai dengan hukum yang khusus. Kemudian Allah menghalau awan dengan kadar tertentu ke “daerah yang mati”..padang atau tanah tandus. Kemudian dia menurunkan air dari awan itu dengan kadar tertentu pula. Setelah itu mengeluarkan bermacam-macam buah-buahan dengan kadar tertentu yang semua itu terjadi sesuai dengan undang-undang yang diciptakan Allah dan sesuai dengan tabiat alam serta tabiat kehidupan.
Tashawwur Islam dalam hal ini menolak apa yang dikatakan “kebetulan” pada semua yang terjadi pada alam ini, sejak penciptaan dan pemunculannya, hingga semua gerakan dan perubahan yang terjadi.Hal ini sebagai mana Islam juga menolak pemahaman Jabariyah yang menggambarkan alam sebagai sarana tanpa ada yang menciptakannya dan membuat peraturan tata geraknya. Kemudian membiarkannya bergerak sendiri seperti robot dengan sistem yang telah dibuat sedemikian rupa.
Allah menetapkan penciptaan dengan kehendak dan qadarnya. Kemudian menetapkan undang-undang yang baku dan peraturan yang berlaku. Akan tetapi, Ia juga menciptakan qadar yang menyertai setiap gerak undang-undang alam dan setiap kali tampak padanya sunnatullah. Yaitu, qadar yang menimbulkan gerak dan merealisasikan peraturan, sesuai dengan kehendak mutlak yang ada di balik sunnah dan aturan-aturan yang baku itu.
Ini adalah lukisan yang hidup, yang dapat melenyapkan kebodohan dari dalam hati,kebodohan mengenai sarana dan kekuatan pemaksa. Lalu membiarkannya selalu dalam kesadaran dan kontrol. Setiap kali terjadi suatu peristiwa sesuai dengan sunnatullah, dan setiap kali selesai suatu gerakan sesuai dengan undang-undang Allah, maka gemetarlah hati ini melihat berlakunya kekuasaan Allah,melihat tangan Allah yang bekerja. Lantas ia bertasbih kepada Allah, mengingat-Nya, merasa didalam pengawasan-Nya, dengan tidak melupakan alat-alat penentunya.
Inilah tashawwur Islam yang menhidupkan hati dan menyadarkan akal. Kemudian menghubungkan semuanya dengan perbuatan Sang Maha Pencipta yang tampak selalu aktual,dan menyucikan Sang Maha Pencipta yang selalu hadir dalam setiap saat,dalam setiap gerak,dan dalam setiap peristiwa yang terjadi di malam hari maupun di siang bolong.
Begitulah Al-qur’an mengaitkan hakikat kehidupan yang berkembang dengan kehendak Allah dan qadar-Nya di bumi ini. Juga dengan kejadian terakhir yang juga terwujud dengan kehendak dan qadar Allah,sesuai dengan manhaj yang dapat dilihat makhluk hidup di dalam menciptakan kehidupan ini,
“Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”
Mukjizat kehidupan ini mempunyai satu karakter,dibalik bentuk-bentuknya,gambar-gambarnya,dan kondisi yang melingkupinya. Inilah kesan yang diberikan dalam bagian akhir ayat ini.Sebagaimana Allah mengeluarkan kehidupan(tumbuh-tumbuhan) dari tanah yang mati atau tandus, maka ia juga akan mengeluarkan kehidupan dari manusia-manusia yang telah mati pada akhir perjalannya.
Sesungguhnya kehendak yang meniupkan kehidupan di dalam lukisan-lukisan kehidupan dan bentuk-bentuknya di muka bumi ini,adalah juga kehendak yang mengmbalikan kehidupan pada benda-benda yang mati. Kekuasaan yang mengeluarkan kehidupan dari benda-benda mati di dunia ini, adalah juga kekuasaan yang memberlakukan kehidupan pada manusia-manusia yang telah mati pada kali ini..

Pustaka: Tafsir Fizhilalil qur’an Jilid 4
https://pustakakita.wordpress.com/category/al-quran/

Langkah Cepat Menguasai Isi Buku

Kita tidak boleh diperbudak oleh buku dengan membaca semua kata yang ada. Karena itu semua orang harus berani membuat prioritas membaca.

Satu kunci awal sebelum sukses membaca cepat, kata Soedarso, penulis buku Speed Reading (Sistem Membaca Cepat dan Efektif), adalah bahwa kita harus membaca sesuai dengan tujuan awal kita. Umumnya, tujuan kita membaca adalah untuk memperoleh informasi atau sekadar bersantai. 

Menurut Soedarso, kita tidak boleh diperbudak oleh apa yang tercetak dengan membaca semua kata yang ada. Kita harus berani menjadi tuan dan bacaan itulah yang menjadi budak kita, bukan sebaliknya. 

Oleh karena itu, kata dia, semua orang harus berani membuat prioritas membaca. Jangan asal membaca, karena waktu kita terbatas. Kategorisasi akhirnya mutlak dilakukan. Artinya, kita harus menetapkan, apa yang dapat menambah informasi, meningkatkan studi, karier dan pekerjaan. Kita juga harus menetapkan, apa yang tidak menarik dan tidak berguna bagi diri kita ataupun tugas kita.

Ketika menghadapi buku, langkah awal sebelum membacanya adalahskimming atau survei selama satu atau dua menit. Hal ini akan memudahkan kita memilah bagian penting dan tidak penting dalam sebuah buku. Menurut Soedarso, skimming merupakan jurus ampuh dalam membaca cepat.

Skimming antara lain meliputi: memperhatikan judul, sub judul, bagian-bagiannya, paragraf, gambar, hingga tabel sebagai satu kesatuan, memperhatikan judul dengan seksama, apa implikasi-implikasinya, dan melihat pembagian-pembagian selanjutnya untuk mendapatkan apresiasi struktur tulisan.

Untuk menguasai buku, kata Soedarso, setiap pembaca harus menguasai ide pokok dan tidak terjebak kepada contoh yang bertele-tele. Ide pokok itu bisa ditemukan dalam buku secara keseluruhan buku, bab, sub bab, dan bahkan paragraf.

Kemampuan menangkap ide pokok merupakan tahapan pertama memajukan pemahaman. Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat kita harus berpikir bersama penulis. Langkah yang dilakukan adalah baca dengan mendesak dengan tujuan mendapatkan ide pokok. “Jangan baca kata per kata, melainkan serap ide. Bergerak lebih cepat, tapi jangan kehilangan pengertian,” kata Soedarso.

Persoalan penting berikutnya ketika membaca buku non fiksi, kata Soedarso, adalah membuat catatan yang berkaitan dengan buku yang kita baca. Catatan ini diperlukan karena ada sesuatu yang menarik dalam bacaan, sangat kita perlukan, atau harus selalu kita ingat-ingat. Pokok yang dicatat meliputi elemen-elemen kunci: ide sentral, soal-soal besar, tujuan dan asumsi pengarang tentang segi-segi tertentu, serta detail dan fakta yang spesifik. 

Metode membaca cepat merupakan semacam latihan untuk mengelola proses penerimaan informasi. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian akan tersimpan di dalam otak. 

Berdasarkan informasi yang sudah disimpan itulah kemudian seseorang akan membaca buku berikutnya. Ketika membaca buku berikutnya, informasi yang sudah diterima ketika membaca buku sebelumnya tentu tidak akan dibaca ulang. 

Dengan demikian, semakin banyak orang membaca buku, mestinya akan semakin cepat kemampuan bacanya. “Ibarat kendaraan bermotor, jika kita sudah masuk ke gigi dua, maka kita bisa meningkatkan ke gigi tiga, empat dan seterusnya,” kata Anugerah Pekerti, pendiri Pusat Pembelajaran Mandiri Sapiens.

Sebaliknya, kata Pekerti, seseorang yang terpaku untuk terlalu lama membaca hingga terjebak membaca seluruh buku secara detail, akan terus berada dalam kecepatan tersebut. “Ibaratnya, dia hanya akan mampu pada gigi satu. Jadi, tidak bisa tiba-tiba dipindah ke gigi empat atau lima,” katanya.

NURHIDAYAT
sumber klik di sini