Rabu, 09 Oktober 2013

TUGAS MIKRO EKONOMI

TUGAS MIKRO EKONOMI

Tingkah laku Konsumen Indonesia


umj.jpg



Di Susun Oleh :

1.     Erma Suzanti               ( 2012310162)
2.     Fawzy Maulana           ( 2012320136)
3.     Doni Nugroho             ( 2012320139)
4.     Eka Indriyani              ( 2012320160)


FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jln. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Jakarta 15419
Telp : (021) 74718530, 7425304 Fax : (021) 74718530
TAHUN 2013


KATA PENGANTAR

            Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena bimbingan dan penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas yang diberikan Dosen pengajar pada Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dorongan yang sangat berharga dan bermanfaat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu menyusun makalah ini, yaitu diantaranya :
1.      Hasanah, SE. MM selaku Dosen Mata Kuliah Mikro Ekonomi
2.      Orang Tua dan Keluarga yang telah memberi dukungan baik materil/non materil
3.      Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan aspirasi demi terciptanya Makalah ini.
 Makalah ini masih belum sempurna disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan baik teori maupun praktek. Dengan demikian kelompok ini mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan penulisan makalah ini.
             Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan kelompok ini guna tercapainya sebuah makalah yang baik. Kiranya Yang Maha Esa tetap menyertai kita sekalian, dengan harapan pula agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

                                                                                                           Jakarta, 15 Februari 2013



                                                                                                                          
                                                                                                                          (  Penulis )

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………...……………………………………...…….…….            ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….…………….……… iii

      BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………..………………….……………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ….…………………..…………………………….……... 2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………..………………………………... 2

      BAB 2 ISI
2.1 Landasan Teori
      2.1.1 Pengertian Konsumen, Konsumsi, dan Perilaku Konsumen         …….. 3
2.2 Pembahasan Masalah
2.2.1 Perilaku Konsumen dalam Ilmu Ekonomi Mikro ………...……...…… 4
2.2.2 Etika dan Perilaku Terhadap Konsumen ………..…………………… 5
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen           …………….. 10
2.4 Metode Penelitian Perilaku Konsumen ……..……………………………… 12
2.5 Teori Perilaku Konsumen …………………………………………………...   14
2.6 Permasalahan Terhadap Konsumen Di Indonesia         …………………….. 19
2.7 Strategi Pembangunan Di Indonesia     ..…………………………………… 20

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ….……………………………………………………………… 21
3.2 Saran ……..…………………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA ….…………………………………………………………………            22






BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG

Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitias yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktiviras-aktiviras konsumen.
Model perilaku konsumen dapat pula di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang di yakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Adapun yang mempengaruhi factor-faktor perilaku konsumen yaitu :
-          Kekuatan sosial budaya :  terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan (small referebce grups), dan keluarga.
-          Sedangkan kekuatan pisikologis : terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
Sedangkan tujuan dan fungsi modal perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku konsumen. Menganalisis perilaku konsumen akan lebih mendalam dan berhasil apa bila kita dapat memahami aspek-aspek pisikologis manusia secara keseluruhan. Kemampuan dalam menganalisis  perilaku konsumen berarti keberhasilan dalam menyalami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen dan diri pribadinya.

1.2    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belang permasalahan yang ada, maka dikemukakan  perumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah perilaku konsumen itu dlm Ilmu Ekonomi Mikro ?
2.      Etika dan perilaku terhadap konsumen ?
3.      Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen ?
4.      Metode apa saja yang digunakan  dalam penelitian perilaku konsumen ?
5.      Apa teori dari perilaku konsumen ?
6.      Beberapa Permasalahan terhadap konsumen diindonesia ?
7.      Strategi Pembangunan terhadap ekonomi yang mempengaruhi konsumen diindonesia ?

1.3    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah :
         1.         Untuk mengetahui apakah perilaku konsumen itu dalam ilmu ekonomi Mikro.
         2.         Untuk mengetahi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen.
         3.         Untuk mengetahui metode apa saja yang di gunakan dalam penelitian perilaku konsumen.
         4.         Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen.
         5.         Apa saja Permasalahan yang dihadapi oleh konsumen Indonesia terhadap perekonomian mikro di Indonesia.
         6.         Besaran pertumbuhan ekonomi yang merupakan hitung-hitungan yang terjadi di permukaan, tidak melihat aspek menyeluruh pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang di dapatkan oleh masyarakat ( konsumen ) di indonesia.

BAB II
ISI
                                           
2.1 LANDASAN TEORI
               2.1.1 PENGERTIAN KONSUMEN, KONSUMSI, DAN PERILAKU KONSUMEN
Dalam Ilmu Ekonomi Mikro yang dimaksud dengan konsumen kegiatan konsumen adalah seseorang atau kelompok yang melakukan serangkaian kegiatan  konsumsi barang atau jasa. Pengertian lain tentang konsumen adalah orang atau sesuatu yang membutuhkan, menggunakan dan memanfaatkan barang atau jasa.
Konsumen biasa memiliki kebiasaan dan tikah laku yang berbeda-beda. Di desa berbeda dengan kebiasaan yang ada di kota, tergantug pada jumlah pendapatan mereka. Konsumen adalah seseorang yang mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Maka konsumsi seseorang itu tergantung pada : pendapatan, pendidikan kebiasaan dan kebutuhan.
Adapun pengertian perilaku konsumen, yaitu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki dan memoerbaiki sutu peroduk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagai mana individu membuat keputusan untuk mengkonsumsi suatau barang. Berikut adalah beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para ahli, diantaranya :
1.      James F Engel       
Perilaku konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan kepustusan yang mendahuli dan menentukan tindakan-tindakan tersebut (1988:8).
2.      David L Loundon
Perilaku konsumen dapat di Definisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang atau jasa (1984:6).
3.      Gerald Zaltman
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang di lakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari pengalaman dengan produk, pelayanan dan dumber-sumber lainya. (1979:6).

Dari beberapa Definisi tersebut di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,  kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapakan,  menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat di pengaruhi lingkungan.

2.2 PEMBAHASAN MASALAH
                  2.2.1 PERILAKU KONSUMEN DAN ILMU EKONOMI MIKRO
Ilmu ekonomi mikro (sering juga di tulis mikro ekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan dan harga-harga pasa dan kualitas faktor input, barang atau jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagi keputusan dan perilaku tersebut mepengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa yang menentukan harga dan bagai mana harga, pada giliran menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kombinasi atau produk secara optimal, bersama-sama individunya dipasar, akan membentuk suatu keseimbangan dengan asumsi bahwa semua hal tetap sama (ceteris peribus).
Konsumen dan konsumsi memiliki pengertian yang merujuk pada sutau pernyataan yang ada. Konsumen adalah seseorang atau sekelompok yang mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan konsumsi yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mengkosnsumsi barang dan jasa. Konsumsi seseorang tergantung pada pendapatan, pendidikan kebiasaan dan kebutuhan. Perilaku konsumen yaitu, perilaku yang kosumen tujukan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai mengatur, barang atau jasa yang mereka anggap  akan memuaskan kebutuhan mereka.
*   Definisi perilaku konsumen dari para ahli yaitu :
     Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
     Definisi lain adalah bagaimana konsumen mau mengelurkan suberdayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendafatkan barang atau jasa yang diinginkan.

*   Variable-variabel dalam mempelajari perilaku konsumen yaitu :
a.       Variabel Stimulus
      Variabel stimulus merupakan variabel yang berada di luar diri individu  (vaktor eksternal) yang sangat berpengaruh dlam proses pembelian. Contohnya merek dan jenis barang, iklan pramuniaga.
b.   Variabel Respon
Variabel Respon merupakan hasil aktipasi indifidu sebagai reaksi dari variabel stimulus. Variablel Respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus contohnya keputusan membeli barang, pembeli penilaian terhadap barang
c.   Variabel Interverning
Variabel Interverning adalah variabvel antara variabel stimulus dan respons variabel intervening individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi  terhadap suatu barang.
Peranan varibael intervening adalah untuk memodifikasi respons.

2.2.2 ETIKA DAN PERILAKU TERHADAP KONSUMEN
Banyak orang yang percaya bahwa konsumen secara otomatis terlindungi dari kerugian dengan adanya pasar yang bebas dan kompetitif dan bahwa pemerintah atau para pelaku bisnis tidak mengambil langkah – langkah yang diperlukan untuk menghadapi masalah ini. Pasar bebas mendukung alokasi , penggunaan, dan distribusi barang- barang yang dalam artian tertentu, adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang- orang yang berpartisipasi dalam pasar. Lebih jauh lagi, di pasar seperti ini, konsumen dikatakan ‘’ berdaulat penuh’’. Saat konsumen menginginkan dan bersedia membayar untuk suatu produk, para penjual memperoleh insentif untuk memenuhi keinginan mereka. Seperti yang dikatakan seorang penulis ekonomi ternama, konsumen , dengan cita rasa mereka seperti yang diekspresikan dalam pilihan atas produk, mengarahkan bagaimana sumberdaya masyarakat disalurkan.
Dalam pendekatan pasar, terhadap perlindungan konsumen , keamanan konsumen dilihat sebagai produk yang paling efisien bila disediakan melalui mekanisme pasar bebas di mana penjual memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen. (Velazquez,2005: 317) . Dalam teori, konsumen yang menginginkan informasi bisa mencarinya di organisasi-organisasi seperti consumers union, yang berbisnis memperoleh dan menjual informasi. Dengan kata lain, mekanisme pasar perlu menciptakan pasar informasi konsumen jika itu yang diinginkan konsumen.( Velazquez,2005: 319).
Adapun kewajiban konsumen untuk melindungi kepentingannya ataupun produsen yang melindungi kepentingan konsumen, sejumlah teori berbeda tentang tugas etis produsen telah dikembangkan , masing- masing menekankan keseimbangan yang berbeda antara kewajiban konsumen pada diri mereka sendiri dengan kewajiban produesn pada konsumen meliputi pandangan kontrak, pandangan “ due care” dan pandangan biaya sosial.
A. Pandangan kontrak kewajiban produsen terhadap konsumen
Menurut pandangan kontrak tentang tugas usaha bisnis terhadap konsumen, hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan dalam hubungan kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat konsumen membeli sebuah produk, konsumen secara sukarela menyetujui “ kontrak penjualan” dengan perusahaan. Pihak perusahaan secara sukarela dan sadar setuju untuk memberikan sebuah produk pada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan konsumen juga dengan sukarela dan sadar setuju membayar sejumlah uang pada perusahaan untuk produk tersebut. Karena telah sukarela menyetujui perjanjian tersebut, pihak perusahaan berkewajiban memberikan produk sesuai dengan karakteristik yang dimaksud. Teori kontrak tentang tugas perusahaan kepada konsumen didasarkan pada pandangan bahwa kontrak adalah sebuah perjanjian bebas yang mewajibkan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan isi persetujuan. Teori ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki empat kewajiban moral utama: kewajiban dasar untuk mematuhi isi perjanjian penjualan, dan kewajiban untuk memahami sifat produk , menghindari misrepesentasi, dan menghindari penggunaan paksaan atau pengaruh . Dengan bertindak sesuai kewajiban-kewajiban  tersebut,perusahaan berartim menghormati hak konsumen untuk diperlakukan sebagai individu yang bebas dan sederajat atau dengan kata lain,sesuai dengan hak mereka untuk memperoleh perlakuan yang mereka setuju untuk dikenakan pada mereka. (Velazquez,2005: 321-323). Meskipun demikian, teori kontraktual mempunyai kelemahan diantaranya. Pertama, teori ini secara tidak realistis mengasumsikan bahwa perusahaan melakukan perjanjian secara langsung dengan konsumen. Kedua, teori ini difokuskan pada fakta bahwa sebuah kontrak sama dengan bermata dua. Jika konsumen dengan sukarela setuju untuk membeli sebuah produk dengan kualitas- kualitas tertentu , maka dia bisa setuju untuk membeli sebuah produk tanpa kualitas-kualitas tersebut. Atau dengan kata lain, kebebasan kontrak memungkinkan perusahaan dibebaskan dari kewajiban kontrak dengan secara eksplisit menyangkal bahwa produk yang dijual bisa diandalkan,bisa diperbaiki, aman dan sebagainya.
Jadi, teori kontrak ini mengimplikasikan bahwa jika konsumen memiliki banyak kesempatan untuk memeriksa produk, beserta pernyataan penolakan jaminan dan dengan sukarela menyetujuinya, maka diasumsikan bertanggungjawab atas cacat atau kerusakan yang disebutkan dalam pernyataan penolakan, serta semua karusakan yang mungkin terlewati saat memeriksanya. Ketiga, asumsi penjual dan pembeli adalah sama dalam perjanjian penjualan. Kedua belah pihak harus mengetahui apa yang mereka lakukan dan tidak ada yang memaksa . Kenyataanya, pembeli dan penjual tidak sejajar/ setara seperti yang diasumsikan .Seorang konsumen yang harus membeli ratusan jenis komoditas tidak bisa berharap mengetahui segala sesuatu tentang semua produk tersebut seperti produsen yang khusus memproduksi produk. Konsumen tidak memiliki keahlian ataupun waktu untuk memperoleh dan memproses informasi untuk dipakai sebagai dasar membuat keputusan.

B. Teori Due care
Teori ini menerangkan tentang kewajiban perusahaan terhadap konsumen didasarkan pada gagasan bahwa pembeli dan konsumen tidak saling sejajar dan bahwa kepentingan-kepentingan konsumen sangat rentan  terhadap tujuan-tujuan perusahaan yang dalam hal ini memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki konsumen. Karena produsen berada dalam posisi yang lebih menguntungkan, mereka berkewajiban untuk menjamin bahwa kepentingan –kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk yang mereka tawarkan. Pandangan due care ini juga menyatakan bahwa konsumen harus bergantung pada keahlian produsen, maka produsen tidak hanya berkewajiban untuk memberikan produk yang sesuai klaim yang dibuatnya, namun juga wajib berhati-hati untuk mencegah agar orang lain tidak terluka oleh produk tersebut sekalipun perusahaan secara eksplisit menolak pertanggungjawaban ini bila mereka gagal memberikan perhatian yang seharusnya bisa dilakukan dan perlu dilakukan untuk mencegah agar oranglain tidak dirugikan oleh penggunaan suatu produk(Velazquez,2005: 330) .
Adapun    kelemahan yang didapat dari teori ini adalah tidak adanya metode yang jelas untuk menentukan kapan seseorang atau produsen telah memberikan perhatian yang memadai. Kemudian, asumsi bahwa produsen mampu menemukan resiko – resiko yang muncul dalam penggunaan sebuah produk sebelum konsumen membeli dan menggunakannya. Pada kenyataannya ,dalam masyarakat dengan inovasi teknologi yang tinggi, produk-produk baru yang kerusakannya tidak bisa dideteksi sebelum dipakai selama beberapa tahun dan akan terus disalurkan ke pasar. Ketiga, teori ini terlihat paternalistik , yang menggambarkan bahwa produsen adalah pihak yang mengambil keputusan –keputusan penting bagi konsumen , setidaknya dalm kaitannya dengan tingkat resiko yang layak diterima konsumen. (Velazquez,2005: 334).
C. Pandangan teori biaya sosial
Teori ini menegaskan bahwa produsen bertanggungjawab atas semua kekurangan produk dan setiap kekurangan yang dialami konsumen dalam memakai poroduk tersebut. Teori ini merupakan versi yang paling ekstrem dari semboyan “ caveat venditor” (hendaknya si penjual berhati- hati). Walaupun teori ini menguntungkan untuk konsumen, rupanya sulit mempertahankannya juga. Kritik yang dapat diungkapkannya sebagai berikut:
    1. Teori biaya sosial tampaknya kurang adil, karena menganggap orang               bertanggungjawab atas hal – hal yang tidak diketahui atau tidak bisa dihindarkan.
    2.  Membawa kerugian ekonomis, bila teori ini dipraktekkan , maka produsen terpaksa harus mengambil asuransi terhadap kerugian dan biaya asuransi itu bisa menjadi begitu tinggi, sehingga tidak terpikul lagi oleh banyak perusahaan. (Bertens, 2000: 238-239).
Ada juga tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen, yaitu ;
1. Kualitas produk
Dengan kualitas produk disini dimaksudkan bahwa produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen (melalui iklan atau informasi lainnya) dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen. Konsumen berhak atas produk yang berkualitas , karena ia membayar untuk itu. Dan bisnis berkewajiban untuk menyampaikan produk yang berkualitas, misalnya produk yang tidak kadaluwarsa( bila ada batas waktu seperti obat-obatan atau makanan). (Bertens, 2000: 240)
2. Harga
Harga yang adil merupakan sebuah topik etika yang sudah tua. Mulai dari zaman Aristoteles dan pemikirannya sampai abad pertengahan. Di zaman modern , struktur ekonomi tentu menjadi lebih kompleks. Karena itu, masalah harga pun menjadi suatu kenyataan ekonomis sangat kompleks yang ditentukan oleh banyak faktor sekaligus, namun masalah ini tetap diakui mempunyai implikasi etis yang penting. Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor-faktor seperti biaya produksi, biaya investasi, promosi, pajak, ditambah tentu laba yang wajar. Dalam sistem ekonomi pasar bebas, sepintas lalu rupanya harga yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan daya-daya pasar . Kesan spontan adalah bahwa harga yang adil dihasilkan oleh tawar- menawar sebagaimana dilakukan di pasar tradisional, dimana si pembeli sampai pada maksimum harga yang mau ia pasang. Transaksi terjadi, bila maksimum dan minimum itu bertemu. Dalam hal ini mereka tentu dipengaruhi oleh para pembeli dan penjual lain di pasar dan harga yang mau mereka bayar atau pasang . Jika penjual lain menawarkan barangnya dengan harga lebih murah, tentu saja para pembeli akan pindah ke tempat itu. Harga bisa dianggap adil karena disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembentukannya (Bertens, 2000: 242)
3. Pengemasan dan pemberian label
Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek bisnis yang semakin penting. Selain bertujuan melindungi produk dan memungkinkan mempergunakan produk dengan mudah, kemasan berfungsi juga untuk mempromosikan produk, terutama di era toko swalayan sekarang. Pengemasan dan label dapat menimbulkan juga masalah etis. Tuntutan etis yang pertama ialah informasi yang disebut pada kemasan benar . Kemudian tuntutan lain yang diperoleh dari pengemasan ini adalah tidak boleh menyesatkan konsumen.
2.3  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Ada dua dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psokologis. Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan (small reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan pisokologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, gambaran diri.

1.      Kekuatan Sosial Budaya
a. Faktor budaya
Budaya dapat di definisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke generasi lainnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat.
Implikasi umum dari perubahan budaya untuk ahli permasalahan adalah sebagai                 berikut :
1.      Pisikologis untuk cenderung bebas dari ketidak amanan ekonomis. Konsumen menunjukan :
a. Kecenderungan kearah meningkatkan kekuatan fisik
b. Kecenderungan kearah personalisasi
         2.   Kecenderungan pada paham antifungisonal
a. Kecenderungan kearah aliran romantis baru
b. Kecenderungan ke arah suatu yang baru dan suatu perubahan
         3.   Kecenderungan rekasi melawan komplekasi Konsumen menunjukan :
a.  Kecenderungan ke arah hidup sederhana
b.  Kecenderungan kembali kepada alam
          b. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial didefiniskan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat.
               c.  Faktor kelompok anutan (small refrence group)
Didefinisikan sebagai sutau kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen. Kelmpok ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok atau organisasi tersebut.
               d. Faktor keluarga
Sutau unit masyarakat kecil yang perilaku sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli.

2.      Kekutan Faktor Pisikologis
               a. Faktor pengalaman kerja
Belajar adalah satu perubahan perilaku akibat penalaman sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalam belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan keputisan membeli.
               b. Faktor Kepribadian
Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya. Pelayanan yang di tampilkan pramuniaga toko sangat pila dipengaruhinya.

               c.  Faktor sikap dan keyakinan
Sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menenentukan suatu produk, merk dan pelayanan. Keyakinan komsumen terhadap sutu merk dapat di ubah mealaui kominikasi persuasife.
               d. Konsep diri atau self concept
Perlu menciptakan sesuatu yang sesuai dengan yang di harapkan oleh konsumen.
2.4 METODE – METODE PENELITIAN PERILAKU KONSUMEN
                 Ada dua macam penelitian konsumen, yaitu penelitian yang bersifat eksplorasi dan penelitian tentang kesimpulan konsumen
*      Penelitian ekplorasi : Metode yang digunakan dalam penelitian ekplorasi konsumen adalah metode mempengaruhi dan metode memfokuskan kelompok.
*      Metode mempengaruhi konsumen : Melalui pemberian sugesti kepada konsumen secara sepontan.
1.      Metode memusatkan atau memfokuskan kelompok konsumen.
Kelompok konsumen tersebut mengasosiasi kanya secara bebas terhadap masalah-masalah yang ada dalam pasal.
      2.   Pendekatan penelitian konsumen
Penelitian eksplorasi tidak di rencanakan untuk menyimpulkan jawaban dalam meneliti pertanyaan yang diberikan konsumen. Oleh karena itu, peneliti megenai kesimpulan konsumen terhadap sutu produk, mereka dan pelayanan itu penting peneliti kesimpulan konsumen dapat juga digunakan menentukan apa yang mempengaruhi konsumen.
            Pendekatan penelitian konsumen Ada dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan penelitian cross-soctional dan longitudinal.
  1. Pendekatan penelitian cross-sectional : Pendekatan ini di maksud untuk meneliti aspek-aspek perilaku konsumen yang menggunakan waktu secara relative singkat misalnya meneliti perubahan perilaku konsumen pada watu tertentu mempelajari nilai dan sikap kosumen terhadaf suatu produk dalm momen waktu tertentu.
  2. Pendektan penelitian longitudinal: Pendekatan ini dimaksud untuk meneliti-aspek perilaku konsumen yang terjadi dalam beberapa periode waktu tertentu, Misalnya : mengadakan penelitian mengenai pendekatan masyarakat tentang suatu produk dapat bertahan selama beberapa waktu. Pendekatan penelitian longitudinal dilakukan pada periode waktu yang relative lama, sedangkan pendekatan penelitian cross-sctional menggnakan waktu yang relative singkat atau sesaat.
                  Metode-metode penhumpulan informasi konsumen Ada tiga metode pengumpulan informasi kosumen, yaitu metode observasi, ekspresimen dan survai.
1. Metode observasi : Salah satu mempelajair konsumen adalah dengan cara mengobservasi perilakunya yang tampak, misalnya mengamati kebiasaan konsumen member produk merk tertentu, sikap dan penilaiyan konsumen terhadap suatu produk atau merk, jenis-jenis yang paling disukai oleh konsumen .
2.    Metode ekspesimen metode ini merupakan metode pengumpulan dengan cara mengadakan ekspresimen atau percobaan terhadap situasi. Misalnya: mengukur pengaruh situasi khusus terhadap sikap dan prilaku membeli. Metode ekspresimen terdiri dari eksperimen laboratorium, dan eksperimen lapangan.
·         Eksperimen Laboratorium : Percobaan yang dilakukan dilaboratorium adalah untuk mengontrol variabel-variabel dari luar. Misanya : mengadakan percobaan terhadap kesukaan konsumen.
·         Eksperimen Lapangan : Perconaan ini dilakukan untuk mengetahui respon konsumen terhadap sutu produk, merek baru yang di perkenalkan atau dipasarkan. Dapat juga untuk mengetahui pengaruh harga, iklan terhadap pemasaran produk, atau merek baru.
3.     Metode Survai : Metode pengumpulan data atau informasi konsumen melakukan partisipsi secara aktif. Ada tiga teknik dalam metode survai, yaitu wawancara pribadi (personal interview), survai melalui telepon (teleponsuveys), dan survai melalui surat (mail surveys)
·         Wawcara pribadi : Teknik pengumpulan informasi yang di lakikan dengan infrmasi secara langsung berhadap-hadapan antara pewawancara (interviewer) dengan konsumen.
·         Survei melalui telepon : Teknik pengumpulan informasi konsumen melalui  telepon dimaksud untuk mengetahui pendapat konsumen terhadap penggunaan barang yang telah di belinya.
·         Survai melalui surat : Teknik pengumpulan melalui surat dimaksud untuk menyebar luaskan kuisioner kapada konsumen melalui metode pos. Tujuan survei melalui surat antara lain adalah untuk medapat informasi mengenai tanggapan dan perilain konsumen terhadap suatu produk.

2.5 TEORI PERILAKU KONSUMEN
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan : pendekatan nilai guna (utiliti) dan pendekatan nilai guna ordinal.
Dalam pendekatan nilai guna cardinal atau teori cardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang dengan centimeter atau meter dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantintatif. Berdasarkan kepada pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan memaksimalkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang akan menentukan kosumennya keatas berbagai jenis barang yang terdapat dipasar.
Dalam pendekatan nilai guna ordinal,manfaat atau kenikmatan yang diperoleh dari masyarakat yang dikonsumsi barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memiliki barang-barang yang akan memaksimalkan kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan sama, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan yang sama).
Teori Ordinal (Ordinal theory) terbagi atas 7 bagian yaitu :
A.    Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
     Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Asumsi – asumsi kurva Indiferensi :

1) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tingi tingkat kepuasanya.
2) Kurva indiferensi menurun dari kiri ke kanan bawah ( downward sloping ), dan     cembung ke titik origin ( convex to origin) atau adanya kelangkaan.
3) Kurva indiferensi tidak saling berpotongan agar asumsi transitivitas terpenuhi.
B.     Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
            Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka : BL = Px.Qx + Py.Qy
C. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
                  Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas,maka daya beli meningkat,begitu juga sebaliknya.
D. Keseimbangan Konsumen
                  Kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (manggambarkan tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).
E. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang
                  Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasanya,begitu juga sebaliknya.Salah satu faktor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.

F. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
                  Salah satu faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya
G. Efek Subtitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan (Income Effect)
                  Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga, terhadap keseimbanga konsumen.
2.6 PERMASALAHAN TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA
1. Tingginya Jumlah Pengangguran.
                 Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.
2. Tingginya Biaya Produksi
                 Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan. Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah  ini.
                 Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesia lainnya.

3.      Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat
            Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia. Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.
4.      Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
            Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya. Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.
5.      Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
            Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
6.      Nilai Inflasi Semakin Tinggi
            Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.  
2.7   STRATEGI PEMBANGUNAN DI INDONESIA
     Menghitung atau mengukur suatu ekonomi pembangunan di Indonesia tidak hanya bisa sekedar melihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi yang di dapatkan negara Indonesia. Karena hitung-hitungan PDB dan besaran pertumbuhan ekonomi adalah hitung-hitungan yang terjadi di permukaan, tidak melihat aspek menyeluruh pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang di dapatkan oleh masyarakat.
                 Selain itu PDB adalah hitungan pendapatan rata-rata masyarakat, sementara pertumbuhan pembangunan tidak melihat esensi dan manfaat pertumbuhan ekonomi terhadap masyarakat. Jadi selain menghitung PDB serta mengukur besaran pertumbuhan ekonomi, melihat kondisi pendapatan masyarakat serta manfaat pembangunan terhadap masyarakat adalah salah satu cara mengukur ekonomi pembangunan yang relevan dan benar di mata
pembangunan ekonomi negara.

1.      Patokan keberhasilan Ekonomi Pembangunan di Indonesia

·   Pendapatan Nasional
   Pendapatan nasional Indonesia tidak di ragukan lagi terus bertumbuh meningkat dan berkembang seiring dengan stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia dan banyaknya investasi yang di tanamkan.
·   Produk Domestik Bruto
   Seperti yang sudah di beberkan di paragraf pertama PDB Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang cukup memuaskan dengan pertumbuhan Triwulan III/2012 PDB Indonesia Tumbuh 6,29 Persen, jika stabilitas ekonomi Indonesia bisa terjaga maka bukan tidak mungkin di tahun 2013 bisa menembus 7 persen.
·   Perkonomian yang stabil
   Perekonomian Indonesia cukup stabil walaupun di warnai gejolak kaum buruh yang menuntut pertambahan pendapatan tetapi hal itu di sinyalir tidak akan mempengaruhi stabilitas perekonomian secara nasional.
·   Kesempatan kerja
   Ini yang sering luput dari catatan pemerintah Indonesia dimana pertumbuhan ekonomi dan PDB yang terus meningkat tidak di sertai dengan kesempatan lapangan kerja yang cukup untuk masyarakat.


·   Distribusi pendapatan yang merata
Ini juga salah satu yang masih menjadi permasalahan utama di Indonesia dimana distribusi pendapatan dan pemerataan masih belum terjadi dengan baik.
Itulah sebagian dari patokan keberhasilan pembangunan
ekonomi di Indonesia.

2.   Strategi Ekonomi Pembangunan Indonesia


           Ini poin yang paling penting harus ada dalam strategi ekonomi pembangunan yang tepat, agar pendapatan PDB dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat di barengi juga dengan kesempatan kerja yang luas serta distribusi pendapatan yang merata.
           Poin pertama adalah penataan ruang, Seperti di ketahui Indonesia terdiri dari berbagai kawasan yang terdiri dari kepualauan yang tersebar di seluruh Indonesia, maka penataan ruang tidak hanya lagi sekedar kawasan di daratan melainkan berbentuk kelompok kepulauan.
·Pembangunan ekonomi berbasis pendidikan, teknologi dan jasa terpusat di jawa, batam dan bali.
·Pembangunan ekonomi berbasis kelautan di kembangkan di Indonesia timur seperti sulawesi, papua, maluku, ntt dan ntb,
·dan pembangunan ekonomi sumber daya mineral dan tanaman industri di kembangkan di sumatera serta Kalimantan.
            Nantinya semuanya di kelola dan di kembangkan dengan baik bersinergi antar semua daerah saling melengkapi dan menyempurnakan. Sehinnga pemerataan pendapatan dan perluasan lapangan kerja terbuka luas di tiap daerah dan ekonomi pembangunan bisa tercipta dengan baik.


BAB III
PENUTUP

     3.1    KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan sutu produk dan jasa mereka atau satu tindakan-tindakan, proses hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan sutu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman, dengan mempelajari 3 variabel perilaku konsumen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : kekuatan sosial budaya dan kekuatan pisikologis. Metode yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen dan metode memusatkan atau memfokuskan kelompok konsume. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen dipasaran, yaitu menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk : teori utility dan analisis kepuasan sama.

     3.2    SARAN
               Berdasarkan pembahasan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh pihak produsen bahwa kepuasan pelanggan sangatlah penting, jika kita kehilangan satu pelanggan saja berarti kita sudah kehilangan kepercayaan dari konsumen yang lainnya karena dari pelanggan dan konsumenlah orang mengetahui produk tersebut, oleh karena itu berusahalah untuk menerima pengaduan dari kata yang bersifat negatif.



DAFTAR PUSTAKA

-     Sukirno, sadona. 2005. Mikro Ekonomi teori pengantar/sadono sukirno, edisi 1, -21. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
-     R. L. Day (ed.), Costumer Satisfaction, disatisfaction aand Comlaining Behavior,   Bloomington, IN: Indiana University Press.
-     Greenberg, J. (1982), “Approaching Equity and avoiding inequity in Groups and Organization,”J. Greenberg and R. L. Cohen (eds), Equity and justice in Social Behavior, New York, NY: Springer-Verlag.
-    Mangkunegara, anwar prabu, 2002 “ Prilaku konsumen edisi revisi” bandung, refika aditama